Adapun hal-hal yang dapat dilakukan adalah menunjukkan bahwa kita peduli dengan orang tersebut, seperti menanyakan kondisinya. Kemudian mendengarkan ceritanya secara aktif.
"Tunjukkan bahwa kita fokus mendengarkan cerita individu tersebut dan tidak menghakiminya, tidak memotong pembicaraan, dan berusaha memahami sudut pandang individu tersebut, dan menguapkan terima kasih kepada individu karena sudah terbuka kepada kita," katanya memaparkan.
Kemudian arahkan individu untuk mendapatkan bantuan lebih lanjut dari tenaga profesional. Kita dapat membantu individu untuk mencari tenaga profesional yang tersedia di lingkungan sekitar seperti psikolog atau psikiater, juga dapat menawarkan untuk menemani individu tersebut ketika bertemu dengan tenaga profesional.
Tidak hanya itu, jauhi akses barang-barang berbahaya yang dapat memicu percobaan bunuh diri dari individu.
"Selain itu, kepekaan akan adanya tanda-tanda resiko percobaan bunuh diri juga diperlukan," kata Kasandra.
Beberapa tanda yang menunjukkan risiko bunuh diri adalah mengatakan dirinya merasa putus asa dan tidak berguna, merasa terkurung, menjauh dari teman, keluarga, dan lingkungan, cemas, tidak dapat tidur, perubahan mood drastis, merasa tidak ada alasan untuk hidup, merasa menjadi beban untuk orang lain, berbicara mengenai kematian atau bunuh diri, dan mencari cara-cara untuk melakukan bunuh diri.
Ini menjadi kasus kesekian kalinya mahasiswa melakukan tindakan bunuh diri. Di Yogyakarta, akhir tahun lalu juga terjadi peristiwa bunuh diri di mana seorang mahasiswa UGM memilih mengakhiri hidupnya juga dengan cara melompat dari gedung tinggi.