REJOGJA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyampaikan adanya berbagai upaya dalam menekan angka demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia. Selain tengah menggodok kajian vaksinasi DBD sebagai program nasional, Kemenkes juga tengah mengkaji mengenai inovasi wolbachia.
"Iya harapan kita begitu (inovasi wolbachia jadi program nasional)," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi usai acara talkshow 'Sehat Yes, DBD No' di Jakarta International Velodrome, Jakarta Timur, Ahad (10/9/2023).
Dijelaskan, wolbachia merupakan bakteri yang hidup alami di tubuh serangga, termasuk nyamuk penyebab DBD, aedes aegypti. Wolbachia dianggap mampu melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti, sehingga nyamuk itu tidak bisa menularkan virus itu ke dalam tubuh manusia.
"Caranya adalah kita harus beternak nyamuk yang sudah ada wolbachia-nya dulu. Lalu kawin dengan nyamuk yang biasa, lalu lama-lama sudah terinfeksi wolbachia," ujar dia.
Imran menyebut, sebenarnya pihaknya sudah memulai upaya inovasi wolbachia di beberapa kota di Indonesia. Kota-kota tersebut memiliki angka kasus DBD yang terbilang tinggi secara nasional.
"Impelentasi awal (inovasi wolbachia) di lima kota yakni Semarang, Bontang, Kupang, Jakarta Barat, dan Bandung. Yang sudah dilakukan di Semarang dan Bontang. Dilakukan di lima kota itu karena angka kejadiannya paling tinggi," jelasnya.
Upaya inovasi wolbachia diharapkan bisa menekan angka DBD yang tinggi di Indonesia. Menurut catatan Kemenkes RI, sejak DBD muncul di Indonesia pada 1968, hingga Agustus 2023 jumlah kasus DBD mencapai sekitar 60 ribu kasus. Adapun, penyakit menular tersebut menyebabkan 430 orang meninggal dunia.