REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA — Dinas Kesehatan (Dinkes) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melaporkan sejak awal 2024 hingga 3 Mei ini terdata 907 kasus demam berdarah dengue (DBD). Angkanya meningkat dua kali lipat dibandingkan periode yang sama pada 2023, di mana tercatat sekitar 400 kasus.
“Per 3 Mei ini cukup banyak. Di DIY itu ada 907 kasus, dengan kematian tiga kasus. Ini yang kami sesalkan, dan itu di daerah yang memang perlu perhatian,” kata Kepala Dinkes DIY Pembajun Setyaningastutie di Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Senin (13/5/2024).
Menurut Pembajun, dari ratusan kasus DBD sejauh ini, paling banyak dilaporkan di Kabupaten Gunungkidul, sehingga memerlukan perhatian khusus. “Hampir merata sebenarnya. Yang paling sedikit malah di Kulon Progo,” kata dia.
Meski kasus DBD di Kabupaten Kulon Progo terbilang lebih sedikit dibandingkan kabupaten/kota lain di DIY, menurut Pembajun, di wilayah tersebut masih ditemukan kasus malaria. “Itu PR (pekerjaan rumah) kami yang paling besar, malaria yang enggak selesai-selesai,” katanya.
Ihwal kasus DBD yang meningkat pada awal tahun ini, Pembajun mengatakan, dipengaruhi sejumlah faktor, antara lain kondisi cuaca. “Curah hujan kemarin cukup besar, kemudian waktunya cukup panjang. Nah, sekarang berbalik, musim panasnya juga di atas rata-rata, sehingga tempat-tempat yang menjadi perindukan nyamuk semakin banyak,” ujar dia.
Virus dengue penyebab DBD dibawa nyamuk Aedes aegypti. Guna meminimalkan potensi penyebaran DBD, Pembajun meminta masyarakat terus menggencarkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Warga diminta rutin menguras tempat penampungan air dan menutupnya. Selain itu, membersihkan atau mendaur ulang barang-barang yang bisa menjadi tempat nyamuk berkembang biak.
Selain itu, Pembajun mendorong gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik), sehingga perkembangbiakan nyamuk diharapkan bisa ditekan. Dinkes DIY bersama instansi terkait di kabupaten/kota melalui masing-masing puskesmas juga bakal menggencarkan upaya surveilans untuk menekan kasus DBD.
“Yang paling kami harapkan adalah masyarakat sadar dengan lingkungannya. DBD ini kan tidak hanya di dalam rumah, tapi di luar rumah, terutama daerah-daerah yang masih punya wilayah yang memang menjadi perindukan nyamuk,” kata Pembajun.
Pembajun menekankan upaya-upaya PSN itu dibandingkan pengasapan (fogging). “Kami mengimbau masyarakat jangan latah dengan fogging. Ini kan masih banyak masyarakat minta fogging. Karena, sekali lagi, itu (fogging) hanya mematikan nyamuk dewasa,” ujar dia.