REJOGJA.CO.ID, JAKARTA — Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menggelar rapat kerja nasional untuk merumuskan strategi gerakan dalam mengatasi dan memitigasi krisis lingkungan yang terjadi belakangan ini. Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir menyampaikan, pendekatan teologis untuk mencegah dan meminimalisir kerusakan lingkungan penting untuk dilakukan.
"Di sini akan banyak pandangan-pandangan yang bersifat kebijakan, langkah-langkah, dan pandangan keilmuan yang objektif bagaimana menjaga lingkungan hidup kita, baik dalam skala nasional maupun global," ujar Haedar saat membuka rakernas di Jakarta, Jumat (18/8/2023).
Haedar menjelaskan, dampak kerusakan lingkungan membuat bencana alam semakin sering terjadi di berbagai belahan dunia. Cuaca ekstrem, banjir bandang, kebakaran hutan, hingga polusi udara menjadi fenomena yang kerap terjadi sehari-hari.
Ia memandang pentingnya pendekatan teologis untuk mencegah dan meminimalisir kerusakan lingkungan. Sebab, kata Haedar, kerusakan yang terjadi merupakan akibat dari ketamakan manusia dalam mengeksploitasi alam. "Problem-problem ini bermula dari relasi yang buruk antara manusia dengan lingkungan," kata dia.
Guru Besar Ilmu Sosiologi itu menjelaskan, saat ini manusia hidup di era antroposen, di mana perilaku dan cara berpikir manusia memengaruhi lingkungan hidup. Sehingga, ketika ada banyak kerusakan, kembali pada seberapa jauh manusia berkontribusi pada hancurnya ekosistem dan perubahan iklim.
“Yang nanti justru akan berbalik pada manusia sendiri baik lahir maupun fisik," jelas Haedar. Meluasnya penemuan ilmu pengetahuan, teknologi dan modernisasi, kata dia, ikut bertanggung jawab pada kerusakan lingkungan.
Kemampuan manusia menemukan seluk beluk alam semesta menjadikan dominasi terhadap bumi, bahkan melakukan eksploitasi besar-besaran. Relasi manusia yang dulu saling terkait dengan alam juga semakin berjarak.
Secara kosmologis, menurut dia, modernisasi bahkan merusak kearifan lokal dari kelompok tradisional yang selama ini merawat alam dan lingkungan hidup. Hasrat manusia yang tak terpuaskan juga ikut dieksploitasi oleh kapitalisme yang digerakkan oleh segelintir manusia yang secara terbatas memiliki perangkat ilmu dan alat.
"Nah, kapitalisme itu kemudian bertumbuh kembang dalam kosmologi yang lebih fungsional, maka lahirlah pragmatisme, dan lain-lain yang menjadikan sumber daya alam bisa kita eksploitasi sebanyak-banyaknya. Itulah era fungsional, hanya berpikir kegunaan dan keuntungan," ujarnya.
Sebagai gerakan Islam, Haedar Nashir mendorong MLH untuk memiliki gerakan yang lebih tersistem. Penekanan pada kesadaran aspek teologis, potensial untuk menjadi solusi dari antroposen dan kapitalisme yang menjadi sebab kerusakan lingkungan.
Ketua MLH PP Muhammadiyah, Azrul Tanjung, menyebut rakernas dilaksanakan karena keprihatinan Muhammadiyah atas segala kerusakan seta dampak yang ditimbulkan. Langkah-langkah afirmatif akan dilaksanakan pascarakernas.
Langkah afirmatif itu seperti mendorong kurikulum di sekolah Muhammadiyah tentang pengelolaan sampah terpadu, pemanfaatan teknologi ramah lingkungan, hingga pelibatan 'Aisyiyah di masyarakat soal mitigasi bencana.
"Selama dua hari ini akan kita rundingkan, rekomendasi apa saja yang harus kita sepakati, agar bisa bersinergi dengan berbagai mitra dalam mengatasi dan memitigasi krisis lingkungan hidup ini," kata dia.