REJOGJA.CO.ID, SURABAYA -- Ahli gizi Universitas Airlangga (Unair) Dominikus Raditya Atmaka mengingatkan bahaya fenomena lapar mata yang biasa dialami mereka yang berpuasa, terutama menjelang berbuka. Di mana masyarakat membeli dan mengkonsumsi makanan dalam kadar berlebihan saat berbuka. Akibatnya, puasa yang seharusnya menyehatkan tubuh, justru sebaliknya.
Dominikus menjelaskan, dalam kondisi lapar, otak akan mengirim sinyal untuk makan. Akibatnya, timbul keinginan untuk mengkonsumsi makanan yang dianggap enak. Jika lapar mata ini dibiarkan dan dituruti, maka konsumsi akan menjadi lebih banyak daripada seharusnya. Akibatnya bisa menyebabkan peningkatan berat badan, dan menjadi pemicu datangnya beragam penyakit.
"Untuk itu perlu kemampuan untuk menahan diri dari lapar mata dan ngidam selama puasa agar lebih bisa mengatur jumlah kalori yang masuk dalam tubuh," kata Dominikus, Selasa (11/4/2023).
Saat berbuka, lanjut Dominikus, masyarakat dapat mengkonsumsi makanan yang bisa memberikan glukosa dalam waktu cepat. Seperti sunnah yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW dalam berpuasa, yakni kurma dapat menjadi pilihan saat berbuka. Setelah makanan pembuka, konsumsi dapat diikuti makanan yang lebih padat energi, cairan, dan vitamin, seperti salad buah dan sup sayur.
"Pastikan ketika berbuka mengkonsumsi cairan dalam jumlah banyak untuk menggantikan kekurangan cairan waktu siang," ujarnya.
Ia pun berpesan untuk mengkonsumsi makanan dengan prinsip gizi seimbang ketika berpuasa, dan tidak diperkenankan makan berlebihan. Selain itu, konsumsi cairan juga perlu dipenuhi agar terhindar dari dehidrasi. Dominikus mengingatkan, yang tidak kalah penting adalah memperbanyak konsumsi sayur dan buah agar kebutuhan serat, vitamin, dan mineral harian terpenuhi.