REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pendidikan Khas Kejogjaan akan diterapkan di seluruh jenjang pendidikan di DIY mulai Januari 2024 mendatang. Sebelum diterapkan, akan dilakukan uji coba di 72 sekolah dan perguruan tinggi.
Pendidikan Khas Kejogjaan ini diterapkan dengan tujuan membentuk generasi yang tidak hanya cerdas dan menguasai iptek. Namun juga dalam rangka menciptakan generasi yang memiliki keadaban tinggi.
"Pendidikan Khas Kejogjaan itu untuk mewujudkan lulusan yang jalmo kang utomo atau manusia yang utama. Manusia utama itu memiliki dua ciri pokok, yang pertama cerdas, pintar, menguasai iptek. Kedua adalah beradab, sopan santun, adat istiadat, jadi memiliki keadaban yang tinggi," kata Ketua Dewan Pendidikan DIY, Sutrisna Wibawa, kepada Republika, Selasa (4/4/2023).
Dengan begitu, diharapkan dapat mencegah dan menekan angka kejahatan terutama di DIY, termasuk kejahatan jalanan. Terlebih, kejahatan jalanan atau yang biasa disebut klitih di DIY ini seringkali melibatkan anak usia sekolah.
"Antara lain tujuannya untuk mengantisipasi (kejahatan) itu. Kita arahnya adalah mendidik, keadaban, supaya orang tidak nakal, tidak berbuat yang menyimpang. Jadi kami harapkan nanti bisa mengantisipasi penyimpangan-penyimpangan seperti itu," ujar Sutrisna.
Kejahatan jalanan di DIY masih menjadi pekerjaan rumah yang besar untuk ditangani. Bahkan, belakangan ini kejahatan jalanan masih terjadi, termasuk di Ramadhan 2023 ini.
Melalui Pendidikan Khas Kejogjaan ini, nantinya diharapkan dapat mewujudkan generasi yang beradab, dan dapat menekan berbagai kenakalan maupun kejahatan khususnya yang melibatkan anak usia sekolah.
"Sehingga, anak-anak kita itu lulusannya menjadi manusia pintar dan beradab, sehingga bisa mengurangi kenakalan, penyimpangan, mengurangi yang selama ini belum selesai-selesai soal klitih ya," lanjutnya.
Uji coba penerapan Pendidikan Khas Kejogjaan ini akan dilakukan mulai Juni 2023 ini, dan nantinya akan dilakukan evaluasi sebelum diterapkan nantinya pada Januari 2024. Dalam pelaksanaannya, Sutrisna menyebut bahwa Pendidikan Khas Kejogjaan tidak berbentuk mata pelajaran sendiri.
Nantinya, pelaksanaan akan diintegrasikan dengan mata pelajaran lain yang berkaitan. "Misalnya seni budaya, kemudian bahasa Jawa, lalu sejarah, kemudian agama misalnya. Nanti topik-topik itu kita integrasikan dari mata pelajaran yang terkait, dan Pendidikan Khas KejogJaan ini bukan hanya pelengkap, tapi menjadi utama. Karena untuk itu, berlaku kurikulum nasional, plus Pendidikan Khas Kejogjaan, sehingga berlaku dua-duanya," jelas dia.