REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) segera menerapkan 'Pendidikan Khas Kejogjaan' di seluruh jenjang pendidikan di provinsi ini.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) DIY Didik Wardaya di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Senin (4/4/2023), mengatakan "Pendidikan Khas Kejogjaan" merupakan inisiasi Dewan Pendidikan DIY bersama Disdikpora DIY.
"Sudah pada tahap akhir sehingga nanti kita harapkan bisa kita gunakan untuk penguatan di dalam proses pendidikan di DIY. Bentuknya sebenarnya itu penguatan nilai-nilai kekhasan Yogyakarta," ujar dia.
Didik mengatakan dalam penerapan Pendidikan Khas Kejogjaan ini, beberapa sekolah akan dipilih untuk menjadi proyek percontohan, terutama bagi sekolah yang lebih dahulu telah menerapkan pendidikan berbasis budaya.
"Pendidikan khas (kejogjaan) itu kita kan memilih untuk beberapa sekolah terlebih dahulu sebagai pilot project. Sekarang beberapa sekolah kan sudah jalan ini menerapkan pendidikan berbasis budaya, nah itu tinggal kemudian diwarnai dengan pendidikan khas tadi," kata Didik.
Sementara itu, Ketua Dewan Pendidikan DIY Sutrisna Wibawa menuturkan 'Pendidikan Khas Kejogjaan' bukan mata pelajaran baru melainkan pendidikan yang terintegrasi dengan mata pelajaran terkait.
Secara umum, konsep-konsep yang tertuang dalam Pendidikan Khas Kejogjaan merupakan bagian dari implementasi orasi ilmiah yang disampaikan Gubernur DIY pada 2019 saat menerima anugerah kehormatan Doktor Honoris Causa (HC) bidang Manajemen Pendidikan Karater Berbasis Budaya dari UNY.
Rencananya, kata dia, penerapan 'Pendidikan Khas Kejogjaan' akan diuji coba pada Juni dan Juli 2023 dan diharapkan sudah bisa terimplementasi pada Januari 2024 di seluruh jenjang pendidikan di DIY, mulai dari PAUD hingga perguruan tinggi.
Pendidikan itu nantinya terintegrasi dengan mata pelajaran terkait dan sebagai tahap awal akan diintegrasikan dengan mata pelajaran bahasa Jawa dan seni budaya.
"Misalnya, sangkan paraning dumadi ini kan filosofi Yogyakarta ya. Bagaimana asal-usul manusia, manusia akan ke mana, itu kan bisa terkait dengan agama. Kemudian sejarah Yogya terkait dengan pelajaran sejarah. Lalu tata krama, 'unggah-ungguh' terkait dengan mata pelajaran bahasa Jawa," tutur Sutrisna.