Senin 23 Jun 2025 20:10 WIB

Dari Roket, Harvard, hingga Red Sox: Perjalanan Inspiratif Mahasiswa ITB di Amerika

Perjalanan ini menandai berakhirnya sebuah misi pembelajaran.

Red: Fernan Rahadi
 Rashika Az-Zahra Raharema saat berada di Massachusetts Institute of Technology (MIT).
Foto: dokpri
Rashika Az-Zahra Raharema saat berada di Massachusetts Institute of Technology (MIT).

REJOGJA.CO.ID, BOSTON -- International Rocket Engineering Competition (IREC) 2025, yang diselenggarakan oleh Experimental Sounding Rocket Association (ESRA) di Midland Spaceport Rocket Launch Area, Texas, Amerika Serikat, resmi ditutup dengan momen kemenangan yang membanggakan bagi tim dari Universitas Sydney. Roket andalan mereka, Pardalote, berhasil mencetak sejarah di kategori Student-Researched and Developed (SRAD) dengan menembus ketinggian 10.342 kaki (3.147 meter), salah satu pencapaian tertinggi sepanjang kompetisi ini berlangsung.

Penutupan ajang prestisius ini juga menandai berakhirnya perjalanan Najwa Rashika Az-Zahra Raharema, mahasiswi Institut Teknologi Bandung (ITB) sekaligus anggota tim roket Aksantara, yang hadir sebagai spectator dalam program Rocketry Program 2025 besutan Indonesia Lighthouse. Selama di sana, Najwa tak hanya menjadi saksi perkembangan teknologi roket dari berbagai negara, tetapi juga aktif berdiskusi dengan para peserta internasional, mencatat temuan penting, serta merekam dokumentasi visual yang kini akan menjadi bekal berharga dalam pengembangan riset roket Aksantara bersama timnya di ITB.

"Banyak dari catatan dan dokumentasi yang saya kumpulkan akan langsung saya diskusikan dengan tim saat kembali ke Bandung. Ada begitu banyak potensi yang bisa kami kembangkan lebih lanjut untuk menciptakan pendekatan baru yang lebih relevan dengan tantangan yang kami hadapi demi mendorong inovasi roket Aksantara ke depan," kata Najwa.

Usai mengikuti rangkaian kegiatan di IREC 2025, Najwa melanjutkan perjalanannya ke Boston, kota bersejarah yang dikenal sebagai Cradle of Liberty karena peran pentingnya dalam Revolusi Amerika. Setelah sebelumnya singgah di Houston, Boston menjadi titik strategis berikutnya dalam agendanya, terutama untuk mendalami riset dan inovasi di bidang peroketan.

Tak hanya kaya akan nilai sejarah, Boston juga merupakan salah satu pusat pendidikan dan teknologi paling berpengaruh di dunia. Di kota inilah berdiri tiga universitas ternama: Boston University, Massachusetts Institute of Technology (MIT), dan Harvard University, institusi yang bukan hanya menjadi pusat unggulan dunia dalam riset dan teknologi, tetapi juga motor penggerak berbagai terobosan di dunia kedirgantaraan.

Setibanya di Boston, Najwa langsung merasakan kontras cuaca yang mencolok dibandingkan dengan Midland. Jika di padang tandus Texas suhu musim panas bisa mencapai 35–38°C dengan udara kering khas gurun, maka Boston menyambutnya dengan suasana yang jauh lebih sejuk dan lembap, berkisar antara 11–20°C, ditemani semilir angin dari arah Samudra Atlantik. Perbedaan ini memberikan pengalaman yang tak hanya menyegarkan secara fisik, tetapi juga memperkaya kesan perjalanannya, dari lanskap terbuka dan panas tempat roket-roket diluncurkan, menuju kota hijau yang dipenuhi pepohonan rindang, jalur pejalan kaki yang yang ramai oleh mahasiswa dari berbagai penjuru dunia dan para wisatawan.

"Begitu turun dari kendaraan, saya langsung merasa seperti sedang liburan musim semi. Setelah berhari-hari di tengah padang gurun Texas yang kering dan terik, udara Boston terasa seperti hadiah," ujar Najwa sambil tertawa.

Selama berada di Boston, Najwa menetap di kawasan Park Vale Avenue, sebuah lingkungan permukiman yang tenang di daerah Allston–Brighton, tak jauh dari pusat kota. Kawasan ini dikenal ramah bagi mahasiswa, dengan lokasi strategis yang dikelilingi akses transportasi publik, kafe-kafe lokal, serta komunitas internasional yang dinamis. Dari tempat tinggalnya, Boston University dapat dicapai hanya dalam hitungan menit, baik dengan berjalan kaki maupun menggunakan Green Line, salah satu jalur kereta cepat perkotaan di Boston. Boston University menjadi tujuan pertama Najwa, tempat ia menyaksikan secara langsung bagaimana sebuah kampus urban mampu membaur harmonis dengan denyut kehidupan kota sekaligus menjadi pusat riset multidisipliner. Di tengah atmosfer akademik yang multikultural dan terbuka, Najwa mengamati bagaimana kolaborasi antara sains, teknologi, dan kebijakan publik tumbuh dalam ekosistem yang mendukung inovasi lintas bidang.

Titik observasi berikutnya dalam perjalanan Najwa adalah Massachusetts Institute of Technology (MIT). Sebelum berangkat ke Amerika Serikat, Najwa telah mendaftar dari Indonesia untuk mengikuti student-led campus tour. Tur dipandu langsung oleh mahasiswa MIT dan berdurasi sekitar 75 menit ini membawanya menjelajahi berbagai area ikonik kampus, mulai dari Infinite Corridor, Great Dome, hingga kompleks laboratorium teknik dan instalasi seni publik di kawasan Kendall Square.

Sepanjang perjalanan, pemandu membagikan beragam cerita inspiratif, dari sejarah kampus dan budaya unik “hacks” MIT, hingga kisah alumni legendaris seperti Buzz Aldrin. Najwa memandang tur ini sangat berharga, tidak hanya karena memberinya akses langka ke dalam laboratorium penelitian, tetapi juga kesempatan berdialog langsung dengan para mahasiswa aktif.

Dengan pendekatan yang memadukan informasi dan suasana santai, kunjungan ini terasa seperti sebuah dialog terbuka, bukan sekadar wisata kampus biasa. Di MIT, Najwa juga mengamati budaya eksperimentasi yang kuat, kolaborasi lintas laboratorium, serta pendekatan multidisipliner yang sangat relevan untuk pengembangan teknologi roket yang tengah ia geluti.

Kunjungan ke Harvard University menjadi momen penutup yang bermakna dalam rangkaian eksplorasi akademik Najwa di Boston. Sebagai kampus tertua di Amerika Serikat, Harvard University menghadirkan suasana yang lebih historis, reflektif, dan penuh dengan nilai-nilai filosofis yang mendalam. Najwa memulai kunjungannya dari Harvard Yard, sebuah ruang terbuka luas yang menjadi jantung kehidupan mahasiswa sekaligus titik awal berbagai tur kampus. Ia juga sempat singgah di patung John Harvard, ikon legendaris yang sering menjadi latar foto para pengunjung.

photo
Rashika Az-Zahra Raharema di Harvard University - (dokpri)

Berbeda dengan semangat eksperimentasi dan teknologi yang kental di MIT, Harvard University menawarkan atmosfer akademik yang lebih mendalam, menekankan pada pemikiran kritis, kepemimpinan global, serta nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi dasar pembelajaran di sana.

Di beberapa ruang publik dan perpustakaan, Najwa mengamati interaksi mahasiswa lintas disiplin, dari ilmu sosial hingga sains terapan. Ia mencatat bahwa riset di Harvard tidak berdiri sendiri, tetapi justru bertumbuh dari kolaborasi antar bidang. Bagi Najwa, kunjungan ke Harvard memperkaya sudut pandangnya bahwa pengembangan teknologi, termasuk roket, tak bisa lepas dari pemahaman sosial, etika, dan visi kemanusiaan yang lebih luas.

Di berbagai ruang publik dan perpustakaan Harvard University, Najwa mengamati secara seksama interaksi akademik antar mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu, mulai dari ilmu sosial hingga sains terapan. Ia mencatat bahwa penelitian di institusi tersebut tidak dilakukan secara terpisah, melainkan berkembang melalui kolaborasi lintas bidang yang erat dan sinergis.

Bagi Najwa, kunjungan ini memperkaya pemahamannya bahwa pengembangan teknologi, termasuk teknologi roket, tidak dapat dipisahkan dari kajian aspek sosial, etika, serta visi kemanusiaan yang lebih luas. "Perjalanan ini benar-benar membuka wawasan saya, tidak hanya secara teknis tapi juga dalam memahami bagaimana riset dan inovasi berjalan di tingkat global. Perjalanan ini benar-benar membuka wawasan saya, tidak hanya secara teknis tapi juga dalam memahami bagaimana riset dan inovasi berjalan di tingkat global. Setiap pengalaman, mulai dari Texas hingga Harvard, memberikan inspirasi baru untuk mengembangkan riset roket ke jenjang yang lebih tinggi,” kata Najwa.

Di sela kunjungannya ke kampus-kampus ternama, Najwa juga menyempatkan diri menikmati budaya populer khas Amerika Serikat dengan menyaksikan langsung pertandingan legendaris antara Boston Red Sox melawan New York Yankees di Fenway Park pada 16 Juni 2025. Pertandingan ini adalah bagian dari rivalitas klasik dua tim Major League Baseball yang telah berlangsung lebih dari satu abad. Dengan tribun yang penuh sesak dan sorak sorai penonton yang membara, atmosfer pertandingan terasa begitu hidup dan meninggalkan kesan mendalam. Boston Red Sox tampil solid dan berhasil meraih kemenangan 2–0, menyuguhkan momen yang disambut meriah oleh publik tuan rumah.

photo
Rashika Az-Zahra Raharema di Fenway Park - (dokpri)

Bagi Najwa, pengalaman ini melengkapi perjalanan akademik dan risetnya dengan perspektif budaya yang kaya, sebuah perpaduan unik antara sains, sejarah, dan semangat komunitas yang ia temukan selama berada di Boston. “Saya sudah lama sekali ingin menonton langsung pertandingan Boston Red Sox di Fenway Park. Akhirnya bisa hadir di sini, merasakan langsung atmosfernya, benar-benar pengalaman yang tak terlupakan dan sangat melengkapi perjalanan saya di Boston," kata Najwa.

Najwa menutup seluruh rangkaian kunjungannya di Amerika Serikat dengan meninggalkan Boston pada 18 Juni 2025. Setelah menempuh perjalanan panjang melintasi benua, ia kembali tiba di Jakarta pada 20 Juni 2025. Perjalanan ini menandai berakhirnya sebuah misi pembelajaran yang tidak hanya memperluas wawasan teknisnya di bidang peroketan, tetapi juga memperkaya pemahamannya mengenai budaya riset, inovasi, dan dinamika global dalam dunia akademik. Dari padang peluncuran roket di Texas, ke kehidupan kampus dinamis Boston University, lorong-lorong laboratorium canggih di MIT, hingga atmosfer reflektif yang mendalam di Harvard, Najwa membawa pulang semangat dan inspirasi baru dari setiap sudut yang ia kunjungi.

photo
Rashika Az-Zahra Raharema tiba kembali di Indonesia. - (dokpri)

Beragam pengalaman berharga ini akan menjadi modal penting bagi pengembangan riset selanjutnya serta menjadi pijakan awal yang kokoh dalam menapaki panggung ilmu pengetahuan internasional. Hal ini sejalan dengan visi Yayasan Indonesia Lighthouse yang berkomitmen mendukung peningkatan pengetahuan, inovasi, dan pengembangan teknologi melalui pemberian kesempatan bagi talenta-talenta Indonesia untuk memperoleh pengalaman global.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement