Selasa 20 May 2025 18:12 WIB

Pojok Bulaksumur Bahas Program Inklusivitas di UGM

Program inklusivitas di UGM tidak hanya diperuntukkan bagi penyandang difabel saja.

Rep: Muhammad Andi/ Red: Fernan Rahadi
Diskusi bulanan Pojok Bulaksumur bertema Menjaga Akal Sehat dan Sikap Kritis dari Kampus di Gedung Pusat UGM, Senin (19/5/2025).
Foto: Muhammad Andi
Diskusi bulanan Pojok Bulaksumur bertema Menjaga Akal Sehat dan Sikap Kritis dari Kampus di Gedung Pusat UGM, Senin (19/5/2025).

REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Isu mengenai inklusivitas, transparansi, serta advokasi terhadap mahasiswa kurang mampu masih menjadi topik yang menarik dibahas di lingkup pendidikan tinggi. Tak jarang, berbagai isu terkait inklusivitas menghalangi motivasi mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas.

Menjawab tantangan di atas, Universitas Gajah Mada (UGM)  mengadakan diskusi mengenai program inklusivitas mahasiswa dan advokasi terhadap mahasiswa yang kurang mampu dalam acara diskusi bulanan Pojok Bulaksumur di Gedung Pusat UGM, Senin (19/5/2025).

Dalam sambutannya, Sekretaris UGM, Andi Sandi Antonius, mengatakan status sebagai kampus kerakyatan yang didirikan oleh para pendiri bangsa dan para tokoh nasional yang berasal dari berbagai status dan latar belakang melatarbelakangi program inklusivitas di UGM. Baik untuk mereka penyandang disabilitas maupun bagi mereka yang tidak mampu secara ekonomi.

"Program inklusivitas yang ada di UGM tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang menyandang difabel saja tapi mereka yang tidak mampu secara ekonomi," ujar Andi.

Dalam menanggapi transparansi pengelolaan UKT serta advokasi untuk mahasiswa kurang mampu, Sekretaris Direktorat kemahasiswaan UGM Hempri Suyatna selalu mengedepankan dialog bersama mahasiswa.

"Setiap fakultas sudah ada SK untuk bagaimana selalu melibatkan mahasiswa dalam penentuan UKT," katanya.

Sejak diresmikan 10 Desember 2024. Unit Layanan Disabilitas (ULD) UGM telah memainkan peran krusial dalam mentransformasi lanskap kampus menjadi lebih ramah dan akomodatif bagi mahasiswa penyandang distabilitas. Lebih dari sekadar menyediakan fasilitas fisik, ULD UGM hadir sebagai advokat, fasilitator, dan pendamping bagi para mahasiswa yang memiliki kebutuhan khusus.

Salah satu fungsi utama ULD UGM adalah melakukan asesmen komprehensif terhadap kebutuhan individual mahasiswa distabilitas. Tim ahli di ULD bekerja sama dengan mahasiswa untuk memahami tantangan spesifik yang mereka hadapi, mulai dari kendala aksesibilitas fisik, kebutuhan media pembelajaran alternatif, hingga dukungan dalam interaksi sosial dan akademik.

"Tak sedikit di antara mereka yang mengalami kesulitan saat melakukan asesmen. Seperti kekeliruan saat pengisian data asesmen, dari hal ini kami akan lebih komprehensif melakukan pendampingan terhadap mahasiswa penyandang disabilitas," ujar Kepala Unit Layanan Disabilitas UGM, Wuri Handayani.

Para mahasiswa yang menjadi penerima program inklusif ini mengatakan bahwa mereka sangat terbantu dengan program ini. Bagi mereka, kekurangan itu tidak menjadi halangan dalam menempuh pendidikan tinggi di UGM.

"Saya merasa terbantu dengan program dari Unit Layanan Disabilitas UGM. Saya menjadi tidak terhalang dengan kekurangan yang saya miliki selama mengikuti proses perkuliahan di UGM, dan saya akan selalu kangen dengan suasana kelas yang selalu suportif," ujar Anis, penyandang disabilitas yang juga mahasiswa Fakultas Pertanian UGM.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement