Selasa 22 Apr 2025 16:43 WIB

UMS 5.0 dan Peran Strategis Kampus Islam dalam Arus Transformasi Global

Kampus hari ini tidak lagi cukup hanya mencetak sarjana.

Red: Fernan Rahadi
Prof Waston
Foto: dokpri
Prof Waston

REJOGJA.CO.ID, Oleh: Prof Dr Waston, MHum*

Pelantikan Prof Dr Harun Joko Prayitno, MHum sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) periode 2025–2029 bukan sekadar seremoni akademik rutin. Ini adalah penanda arah baru yang menunjukkan keseriusan UMS dalam mengambil posisi strategis di tengah perubahan besar dunia pendidikan tinggi, serta menegaskan komitmennya untuk hadir sebagai poros intelektual Islam global.

Dalam konteks globalisasi, digitalisasi, dan agenda pembangunan berkelanjutan, UMS tampil sebagai kampus Islam yang tidak sekadar bertahan, tetapi melangkah maju dengan gagasan dan aksi nyata. Di bawah visi 'UMS 5.0', kampus ini mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan semangat inovasi dan kerja sama global, menjadikannya model pendidikan Islam modern yang progresif dan relevan di panggung dunia.

Internasionalisasi Pendidikan: Dakwah Ilmu Pengetahuan

Salah satu arah penting dari UMS 5.0 adalah penguatan jejaring internasional dan internasionalisasi program akademik. Melalui kerja sama double degree, joint research, hingga pertukaran dosen dan mahasiswa, UMS menjalankan apa yang disebut sebagai diplomasi pendidikan, yakni menjadikan ilmu pengetahuan sebagai sarana membangun peradaban dan menjembatani bangsa.

Hal ini sangat sejalan dengan semangat Islam yang menjunjung tinggi ilmu dan peradaban. Sebagaimana para ulama klasik telah berperan dalam kemajuan dunia melalui ilmu yang lintas batas, kini UMS mengambil peran itu dalam versi modern: kolaboratif, transnasional, dan berbasis nilai.

Smart Campus dan Kecerdasan Spiritualitas

Transformasi digital yang dijalankan UMS tidak hanya soal teknologi. Lebih dari itu, ini adalah bentuk ijtihad kontemporer untuk menciptakan sistem pendidikan yang efisien, transparan, dan mendukung pembelajaran sepanjang hayat. Pembangunan smart campus dengan tata kelola berbasis Artificial Intelligence (AI), sistem akademik terintegrasi, serta platform digital pembelajaran adalah bukti bahwa UMS tidak alergi terhadap perubahan zaman.

Namun, yang membuatnya berbeda adalah semangat spiritualitas yang mengiringi setiap inovasi. Digitalisasi di UMS bukan sekadar alat, tetapi juga wahana dakwah. Inilah keunggulan Islam berkemajuan: mampu berdialog dengan teknologi tanpa kehilangan ruh.

Komitmen pada SDGs: Ilmu yang Membumi

UMS juga menunjukkan keberpihakan yang jelas terhadap nilai-nilai kemanusiaan global, sebagaimana termaktub dalam agenda Sustainable Development Goals (SDGs). Melalui riset dan pengabdian yang fokus pada pengentasan kemiskinan, peningkatan kesehatan, pelestarian lingkungan, hingga pemberdayaan UMKM, UMS menjalankan perannya sebagai kampus yang membumikan ilmu untuk kemaslahatan.

Poin-poin seperti Pendidikan Berkualitas (SDG 4), Inovasi dan Infrastruktur (SDG 9), Pengurangan Kesenjangan (SDG 10), dan Kemitraan Global (SDG 17) menjadi medan amal intelektual yang dijalankan UMS dengan penuh kesungguhan. Ini adalah pengejawantahan nilai ihsan dalam dunia akademik: menghadirkan ilmu yang berdampak dan bernilai maslahat.

Menyongsong Kebangkitan Kampus Islam Dunia

Sebagai bagian dari Persyarikatan Muhammadiyah, UMS tidak berdiri sendiri. Ia adalah bagian dari gerakan besar yang bertujuan menghadirkan Islam sebagai rahmat bagi semesta melalui jalur pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sosial. Dalam konteks ini, UMS memiliki potensi besar menjadi rujukan bagi kebangkitan perguruan tinggi Islam di tingkat global.

Perguruan tinggi Islam hari ini dihadapkan pada dua tantangan besar: modernisasi dan spiritualisasi. Banyak kampus unggul dalam teknologi, tetapi kehilangan ruh. Sebaliknya, banyak pula kampus yang kuat dalam nilai, tetapi tertinggal dalam inovasi. UMS berusaha menjembatani keduanya, mengintegrasikan iman dan akal, zikir dan pikir.

UMS 5.0: Pendidikan sebagai Jalan Perubahan

Visi Prof Harun untuk membangun UMS 5.0 adalah ikhtiar untuk menghadirkan model kampus yang adaptif terhadap zaman, tanpa tercerabut dari akar nilai. Ini bukan pekerjaan mudah, tapi sejarah telah menunjukkan bahwa Muhammadiyah punya DNA perubahan: moderat dalam berpikir, progresif dalam bertindak, dan kokoh dalam prinsip.

Kampus hari ini tidak lagi cukup hanya mencetak sarjana. Ia harus menjadi penggerak peradaban. Harus mampu melahirkan lulusan yang tak hanya pintar secara akademik, tapi juga peka terhadap isu-isu kemanusiaan, sadar akan tantangan global, dan siap menjadi agen perubahan di manapun mereka berada.

UMS dengan konsep 5.0 sedang menuju ke arah itu, menjadi pusat lahirnya kader ulul albab: insan-insan yang cerdas, beriman, berdaya saing, dan peduli terhadap sesama.

Penutup

Di tengah dunia yang terus berubah, yang sering kehilangan arah karena krisis nilai dan arah hidup, UMS tampil sebagai oase keilmuan yang menyatukan teknologi dengan tauhid, globalisasi dengan akhlak, dan kemajuan dengan keadaban.

Inilah wajah baru pendidikan Islam: progresif, partisipatif, dan mendunia. Dan UMS, Insya Allah, akan terus menjadi bagian penting dari narasi besar itu, mewujudkan peradaban Islam yang tercerahkan di era transformasi digital.

 

*Penulis adalah [Kaprodi Doktor (S3) Pendidikan Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Surakarta; Tulisan ini merupakan opini pribadi dan tidak mewakili institusi tempat penulis bernaung.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement