REJOGJA.CO.ID, SEMARANG -- Direktur Utama Perum Bulog Novi Helmy Prasetya menilai, para pelaku industri pertanian sudah mulai sadar perlunya menyerap Gabah Kering Panen (GKP) dari petani dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Saat ini HPP GKP di tingkat petani ditetapkan sebesar Rp 6.500 per kilogram.
"Kita sosialisasi terkait harga gabah, instruksi dari Bapak Presiden memang Rp6.500. Alhamdulillah sampai dengan sekarang bukan hanya Bulog saja yang melaksanakan, semuanya sudah membeli gabah di petani di Rp6.500," kata Novi sesuai menghadiri Rapat Koordinasi Optimalisasi Penyerapan Gabah dan Beras Dalam Negeri Tahun 2025 di Kantor Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Semarang, Jumat (7/3/2025).
Novi mengaku belum menemukan adanya kasus pembelian GKP dengan harga di bawah HPP. "Tidak ada yang di bawah Rp6.500. Sudah mulai disadari oleh pelaku-pelaku pertanian ya," ujarnya.
Dia menambahkan, kunjungannya ke Jateng adalah dalam rangka upaya penyerapan 3 juta ton setara beras yang akan menjadi Cadangan Pangan Pemerintah (CPP). Novi mengaku mendapat dukungan penuh dari Forkopimda Jateng dan para mitra pengusaha di provinsi tersebut untuk berkontribusi memberikan pasokan kepada Bulog.
Novi menjelaskan, 3 juta ton CPP bakal terdiri dari 822 ribu ton gabah dan 2,8 juta ton setara beras. Dia menyebut, proses penyerapan gabah masih berlangsung di seluruh Indonesia. "Terutama yang di sentra-sentra produksi, termasuk Jawa Tengah dan Yogya," ujarnya.
Dia mengatakan, angka penyerapan di Jateng hingga April ditargetkan sebesar 363 ribu ton setara beras. Sementara itu Gubernur Jateng Ahmad Luthfi mengatakan Bulog Kantor Wilayah Jateng sudah menandatangani nota kesepahaman dengan para mitra untuk melakukan penetrasi harga pembelian gabah dan beras.
"Visi kita kan sudah jelas Jawa Tengah untuk swasembada pangan. Sehingga pas kegiatan ini," kata Luthfi menyinggung Rapat Koordinasi Optimalisasi Penyerapan Gabah dan Beras Dalam Negeri Tahun 2025 yang turut dihadiri Dirut Bulog.
Luthfi optimistis, target penyerapan gabah dan beras oleh Bulog di Jateng bisa tercapai. Berdasarkan data BPS Jateng, luas panen padi di Jateng pada 2024 mencapai 1,55 juta hektare atau mengalami penurunan sebesar 0,09 juta hektare dibandingkan 2023.
Menyusul penurunan luas panen, produksi padi di Jateng pada 2024 mencapai 8,89 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara 5,11 juta ton beras untuk konsumsi pangan penduduk. Dibandingkan 2023, produksi padi di Jateng tahun 2024 mengalami penurunan sebanyak 0,19 juta ton GKG (2,12 persen). Meski mengalami penurunan, Jateng tetap menjadi provinsi dengan produksi padi terbesar kedua secara nasional setelah Jawa Timur.