Ahad 05 Jan 2025 16:26 WIB

Ambarwati, Guru Besar Mikrobiologi UMS Penemu Streptomyces Species Baru

Menurut Ambarwati, masih banyak orang yang alergi ketika mendengar kata bakteri.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Prof Ambarwati
Foto: dokpri
Prof Ambarwati

REJOGJA.CO.ID, SOLO - Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) akhirnya memiliki guru besar di bidang ilmu mikrobiologi, Ambarwati. Ia menjadi salah satu guru besar yang dikukuhkan UMS pada 23 Desember 2024.  

Keberhasilan Ambarwati dalam meraih jabatan fungsional tertinggi dosen tersebut tidak lepas dari doa dan kasih sayang orang-orang terdekatnya. Utamanya almarhum ibu dan bapaknya yang dulu telah berjuang keras menyekolahkan dalam kondisi serba terbatas, yang mana Ambarwati merupakan putri keenam dari delapan bersaudara. 

“Saya bangga menjadi alumni Universitas Muhammadiyah Surakarta, saya bangga menjadi bagian dari keluarga besar Universitas Muhammadiyah Surakarta, saya bangga dikukuhkan sebagai salah satu guru besar di Universitas Muhammadiyah Surakarta,” kata Ambarwati, Ahad (5/1/2025)

Menekankan terkait bakteri, dalam pengkukuhannya Ambarwati menyampaikan pidato dengan judul Steptomyces: Bakteri Penghasil Antibiotik Terbesar. Hal ini sejalan dengan riset tentang Steptomyces yang sudah ditekuninya sejak tenis hingga disertasinya. 

Dari riset yang dilakukan, Ambarwati bersama tim promotornya berhasil menemukan Steptomyces spesies baru yakni Streptomyces cemrosewuensis sp. Nov CRB46. Menurut Ambarwati, masih banyak orang yang alergi ketika mendengar kata bakteri. 

Hal ini dikarenakan mikroorganisme tersebut identik sebagai penyebab penyakit. Namun, Ambarwati justru menjadikan stereotipe itu sebagai dorongan baginya untuk mempelajari lebih dalam terkait bakteri.

Dorongan itu juga tidak lepas dari firman Allah dalam QS Ali ‘Imran ayat 191 dengan penggalan arti: “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia”.  “Ayat ini memberikan  penjelasan pada kita bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan pertimbangan dan penuh kemanfaatan, tidak ada sesuatu yang Allah ciptakan dengan sia-sia,” ucapnya.

Ambarwati juga mengutip firman Allah dalam QS Al Mulk ayat 3, dengan penggalan arti: “Kamu tidak akan melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih ketidakseimbangan sedikit pun”. Dari ayat ini, menurutnya menunjukkan pada manusia bahwa Allah senantiasa menciptakan segala sesuatu secara seimbang.

Dari keyakinan tersebut, Ambarwati menekuni dirinya dengan terus mempelajari mikrobiologi, hingga mengarahkannya menemukan ada suatu genus tertentu dari bakteri yang bisa menghasilkan metabolit sekunder yakni Genus Streptomyces.

Bakteri ini dikatakan berpotensi digunakan sebagai antibakteri, anti kanker, anti malaria, growth promoting factor. Bahkan, bakteri tersebut juga merupakan penghasil antibiotik terbesar.

“Maka selain Allah ciptakan bakteri penyebab penyakit infeks, di satu sisi Allah juga ciptakan Streptomyces sebagai penghasil antibiotik di sisi yang lain,” jelas Ambarwati.

Ambarwati menjelaskan, Steptomyces termasuk true bacteria, meski secara morfologi koloni memiliki ciri khas yaitu koloninya kering, dan tumbuh lambat dalam kurun satu hingga dua pekan. Hal ini berbeda dengan bakteri pada umumnya yang berlendir, dan tumbuh dengan cepat yakni 1 X 24 jam. 

“Secara morfologi sel, Streptomyces berbentuk batang bercabang yang lebih mirip dengan morfologi sel kapang dari pada dengan sel bakteri. Namun, secara ukuran, sel Streptomyces hanya akan terlihat dengan jelas pada pembesaran 1.000 kali, sedangkan kapang bisa dilihat dengan jelas pada pembesaran 400 kali,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Ambarwati menyebut kemajuan biologi molekular saat ini juga telah memungkikan dilakukan Whole Genome Secuencing (WGS) pada mikroorganisme, termasuk Streptomyces. Dari hasil WGS tersebut, selanjutnya dapat dianalisis dengan menggunakan software AntiSMASH. 

Hasil analisisnya dapat memberikan gambaran tentang jumlah kluster gen pengkode metabolit sekunder. Selain itu, katanya, juga dapat dianalisis panjang gen, posisi atau letak gen, serta prediksi struktur kimia dari metabolit sekuder yang dihasilkan. 

“Dengan demikian, kedepan dapat dilakukan rekayasa genetika, misalnya dengan memotong, dan menyisipkan gen penghasil metabolit sekunder tersebut pada bakteri yang memiliki masa regenerasi lebih singkat,” katanya.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement