Rabu 06 Nov 2024 17:21 WIB

BPS: Tingkat Pengangguran di Jateng Turun, dari 100 Orang Produktif 5 Orang Nganggur

Tingkat pengangguran terbuka di Jateng 4,78 persen.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Karta Raharja Ucu
Tingkat pengangguran di Jawa Tengah per Agustus 2024 4,78 persen atau turun 0,35 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Foto:

PHK Tertinggi

Pada September lalu, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) sempat merilis data tentang pemutusan hubungan kerja (PHK) nasional periode Januari-Agustus 2024. Provinsi Jawa Tengah (Jateng) menempati posisi pertama dengan angka PHK sebanyak 14.712.

Namun angka PHK yang dirilis Kemenaker dikoreksi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Jateng. Kepala Bidang Hubungan Industri Disnakertrans Jateng, Ratna Dewajati, mengungkapkan, berdasarkan data yang tercatat pada SIGAP PHI, yakni aplikasi yang mencatat data PHK di 35 kabupaten/kota di Jateng, angka PHK di Jateng pada periode Januari-Agustus 2024 yakni sebanyak 11.950.

"Dengan rincian yang PHK itu ada 8.231 dan yang dirumahkan ada 3.719," kata Ratna saat ditemui di Kantor Disnakertrans Jateng, Semarang, 1 Oktober 2024 lalu.

Menurut Ratna, perbedaan data PHK antara Kemenaker dan Disnakertrans Jateng bisa terjadi karena, misalnya, adanya kesalahan penginputan data. Dia mencontohkan kasus PT Sai Apparel Industries. "(PT) Sai Apparel kemarin kan dilaporkan 8.000. Nah ternyata yang PHK hanya 1.482. Kan selisih nih. Selisih segitu kan cukup banyak," ucapnya.

Hal itu pun akhirnya harus dijelaskan ke Kemenaker. "Dan juga kemarin kenapa perusahaan (PT Sai Apparel) kami panggil supaya DPR mendengar langsung, 'Ini loh kami tidak ngeles-ngeles'," kata Ratna.

Dia mengungkapkan, kekeliruan data PT Sai Apparel karena perusahaan tersebut memindahkan aktivitas produksi dan operasionalnya dari Kota Semarang ke Kabupaten Grobogan. Rata mengatakan, data relokasi pegawai harusnya bertambah di Grobogan, tapi belum tercatat. "Jadi yang hilang itu yang langsung total 8.000. Nah ini yang kemarin kami coba menyampaikan kepada teman-teman Kemenaker," ucapnya.

Terkait angka PHK yang tercatat pada aplikasi SIGAP PHI, sektor paling terdampak PHK di Jateng adalah tekstil dan garmen yakni sebesar 44,77 persen. Kemudian disusul manufaktur 25,71 persen. Sementara gabungan perdagangan, jasa keuangann, dan lainnya sebesar 17,08 persen.

Sedangkan tiga daerah di Jateng yang mengalami PHK tertinggi adalah Boyolali (20,91 persen), Kabupaten Pekalongan (15,41 persen), dan Kota Semarang (13,79 persen). Persentase PHK di Jateng masih bisa berubah hingga akhir tahun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement
Advertisement
Advertisement