Oleh : Adhianty Nurjanah (Dosen Ilmu Komunikasi UMY)
REJOGJA.CO.ID, Ajining diri saka lathi, ajing raga saka busana. Pepatah Jawa tersebut jika diartikan kurang lebih bahwa harga diri seseorang akan ditentukan oleh ucapannya, dan kehormatan seseorang ditunjukkan melalui penampilan atau busananya. Pepatah yang sangat populer tersebut tentu saja masih sangat relevan dengan situasi saat ini. Terlebih pada saat ini di bulan Ramadhan. Pepatah tersebut mengajarkan kita untuk berhati-hati dalam berbicara, berhati-hati dalam menjaga lisan kita. Hal yang sepele, tapi terkadang susah untuk dilakukan adalah menjaga lisan kita.
Dalam Islam, umat Muslim diajarkan untuk senantiasa menjaga lisan. Islam mengajarkan kita untuk berbicara yang baik-baik. Tuntunan itu dituangkan dalam Surat Al Baqarah ayat 263 yang menyebutkan bahwa, “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan. Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun."
Berdasarkan ayat diatas kita diajarkan untuk berkata baik semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Sebab, Allah akan meninggikan derajat orang itu. Sebaliknya, jika seseorang mengucapkan kalimat atau perkataan tidak baik dan kemudian mendatangkan kemurkaan Allah SWT, maka dia akan dilempar ke api neraka.
Ghibah, adu domba, fitnah, bullying, perdebatan, berprasangka buruk merupakan contoh bahwa kita tidak bisa menjaga lisan dengan baik. Bahkan diibaratkan dalam QS Al-Hujurat ayat 12 sebagai orang yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati.
Terdapat hadist juga menyampaikan bahwa "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau lebih baik diam (jika tidak mampu berkata baik)" (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Dari ayat dan hadist di atas sangat jelas, bahwa Allah SWT meminta kita untuk dapat menjauhi prasangka buruk, menggunjing dan selalu menjaga lisan kita, bahkan diam adalah lebih baik jika kita tidak mampu berkata baik. Pertanyaannya, sudahkah saat ini kita menjaga lisan kita dengan baik?
Untuk konteks situasi saat ini, tantangan kita untuk berkata (baca: berkomunikasi) dengan baik makin kompleks. Hal ini tidak lepas dari banyaknya saluran komunikasi yang bisa menjadikan kita mampu berinteraksi dengan orang lain kapan saja dan di mana saja. Media sosial (medsos) menjadi medium untuk berkomunikasi, menuangkan pikiran, sikap maupun kata-kata. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi saat ini memungkinkan manusia untuk bisa berinteraksi dengan cepat dan mudah. Jarak dan waktu sudah bukan lagi jadi penghalang dalam proses komunikasi. Terlebih dengan adanya media sosial seperti Facebook, Instagram, WhatsApp mampu membuat konektivitas dan interaksi sosial pun kian hangat. Internet seolah-olah membuat dunia ini kian sempit.
Namun sekali lagi, perlu kita pahami dalam berkomunikasi ada etikanya dan menjaga lisan kita menjadi penting saat kita berkomunikasi dengan siapa saja dan kapan saja. Meskipun teknologi memudahkan kita dalam berkomunikasi, namun sebagai umat Islam hendaknya kita memegang nilai-nilai yang ada dalam Alquran dan Hadist. Kita tetap diminta untuk berkomunikasi dengan baik, menyampaikan pesan yang baik dengan kata-kata yang baik. Ruang-ruang digital tersebut hendaknya diisi dengan kata-kata yang baik dan bermanfaat. Jauhkan ruang digital tersebut dari ujaran kebencian, berita bohong, pencemaran nama baik dan lainnya.
Bulan suci Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan ampunan. Ramadhan adalah momentum yang baik bagi kita untuk selalu meningkatkan kualitas diri kita dengan amalan ibadah dan juga dengan menjaga lisan kita, agar terhindar dari menyakiti orang lain. Ramadhan kali ini harus kita isi dengan perkataan yang baik bukan memfitnah ataupun mem-bully agar kita mendapat ridha-Nya. Aamiin.