REJOGJA.CO.ID, SEMARANG -- Hampir dua juta kader PKK terus dioptimalkan untuk mendukung dan membantu menurunkan angka stunting di Jawa Tengah. Jumlah kader PKK yang bersentuhan langsung dengan masyarakat ini digerakkan melalui 505.349 dasa wisma (dawis), yang tersebar di 35 kabupaten/kota di Jateng.
Hal ini terungkap dalam kegiatan Executive Meeting Kesatuan Gerak PKK Bangga Kencana Kesehatan 2023, yang dilaksanakan di Ballroom Harris Hotel, Kota Semarang, Jateng, Selasa (24/10/2023).
Penjabat (Pj) Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jateng, Shinta Nana Sudjana mengungkapkan, Tim Penggerak PKK Provinsi Jateng bersama BKKBN terus berupaya menekan stunting.
Berbagai potensi di masyarakat terus dioptimalkan perannya dalam mendukung program pemerintah ini. “Termasuk, menggerakkan dan mengoptimalkan peran kader PKK di lingkungan masyarakat,” ungkapnya.
Shinta juga menyampaikan, PKK memiliki kekuatan besar dalam membantu penurunan angka stunting karena kadernya ada sampai di tingkat dawis atau di lingkungan terkecil masyarakat.
Berdasarkan data terkini Tim Penggerak PKK, di Jateng ada 505.349 dawis, dengan jumlah kader PKK mencapai 1.984.308 orang. “Rinciannya sebanyak 1.325.651 orang kader umum dan 658.657 orang kader khusus,” jelasnya.
Dalam mengoptimalkan perannya membantu menurunkan angka stunting di Jateng, lanjut Shinta, setiaknya ada lima strategi yang dilakukan Tim Penggerak PKK sampai di lingkungan dawis.
Seperti mencegah pernikahan usia muda serta menggandeng remaja atau calon pengantin agar menghindari kehamilan di usia muda.
“Para calon pengantin juga digerakkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum menikah dan mengisi aplikasi Elsimil,” ungkapnya.
Kedua, kata Nana, dawis didorong membantu mendata keluarga yang sedang hamil atau memiliki balita, serta memastikan apakah telah menggunakan kontrasepsi.
Ketiga, dawis diharapkan mampu mendorong dan meningkatkan gerakan ‘Ayo ke Posyandu’ dan Bina Keluarga Balita (BKB) dalam memantau tumbuh kembang balita yang ada di lingkungannya.
Maka setiap kader PKK juga harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengedukasi serta memantau pola asuh sekaligus tumbuh kembang anak balita. “Sebab salah satu penyebab stunting adalah pola asuh yang salah,” lanjutnya.
Keempat, dawis diminta menggerakkan masyarakat dalam pemenuhan dan pemanfaatan gizi keluarga. Terlebih, Jateng termasuk Gemah Ripah Loh Jinawi, dengan wilayah yang subur makmur.
Strategi kelima, kader PKK di tingkat dawis juga berperan sebagai Tim Pendamping Keluarga, harus bergandengan tangan dengan semua pihak dalam upaya percepatan penurunan stunting di Jateng.
Maka, ia pun meminta kepada seluruh tim penggerak PKK agar mengoptimalkan peran dawis, karena perannya yang sangat strategis.
“Baik dalam mengedukasi pasangan agar jangan hamil di usia muda, memilih alat kontrasepsi pasca persalinan dan meningkatkan gerakan ke posyandu hingga dalam memanfaatkan berbagai tanaman pangan bergizi di sekitar rumah,” tegas Shinta.
Kepala Perwakilan BKKBN Jateng, Eka Sulistia Ediningsih mengapresiasi kinerja PKK di Jateng. Menurutnya, dengan pola dasa wisma, kader PKK bisa memberikan solusi sesuai dengan kultur di lingkungan masing-masing.
“Dengan mengetahui problem lingkungan dan kearifan lokalnya, maka dawis bersama-sama tim pendamping keluarga bisa berkolaborasi untuk memberikan intervensi yang tepat,” ungkap dia.
Oleh karena itu, pemberdayaan dawis yang digerakkan oleh PKK di masing-masing wilayah, akan efektif dalam mempercepat penurunan stunting. “Karena setiap keluarga itu pasti akan terdeteksi berbagai permasalahannya,” katanya.
Sementara itu, Ketua Pokja IV Tim Penggerak PKK Jateng, Retno Sudewi menambahkan, implementasi kerja penurunan stunting diwujudkan melalui 10 program pokok PKK.
Pada Pokja IV, fokus menangani program perencanaan nasihat, program kesehatan, dan lingkungan. “Sementara kerja-kerja ini juga didukung oleh pokja I, II, III untuk menurunkan stunting. “Jadi empat pokja ini harus bergerak bersama-sama,” jelas dia.