REJOGJA.CO.ID, SLEMAN – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memilih Kalurahan Sidoluhur, Godean, Sleman, DIY, menjadi kalurahan percontohan praktik baik desa bebas stunting. Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN, Irma Ardiana menjelaskan, kriteria pemilihan kalurahan/desa sebagai lokus praktik baik adalah penurunan stunting yang signifikan, dengan status pravalensi terakhir setidaknya mencapai lima persen.
Selain itu juga memiliki dukungan anggaran yang tercantum dalam dokumen perencanaan program dan anggaran kalurahan/desa. "Tentunya juga memiliki inovasi untuk menjawab permasalahan terkait penurunan stunting di kalurahan/desa," kata Irma.
Lurah Sidoluhur, Hernawan Zudanto, memaparkan penurunan prevalensi stunting Kalurahan Sidoluhur di 2023 sebesar 1,87 persen. Jika dibandingkan tiga tahun sebelumnya, angka ini terus mengalami penurunan. Sebelumnya pada 2020 tercatat sebesar 21,50 persen, 2021 sebesar 15,04 persen, dan pada 2022 jadi 8,68 persen.
"Sebagai wujud komitmen, kami juga melahirkan beberapa inovasi di antaranya pada bidang perencanaan dan penganggaran kegiatan, perubahan perilaku, ketahanan pangan, pelayanan kesehatan dan sosial, pemantauan dan pendampingan terhadap keluarga beresiko, dan inovasi lainnya," ujarnya.
Dalam menekan angka stunting, Pemerintah Kalurahan Sidoluhur juga melakukan berbagai aksi jemput bola seperti, kunjungan rumah oleh petugas kepada balita yang belum mendapat imunisasi lengkap, pemantauan grup WhatsApp orangtua balita, pemberian tablet penambah darah, penyuluhan gizi bagi ibu hamil, dan sebagainya.
Sementara itu, Wakil Bupati Danang menyampaikan dukungan dan apresiasi atas keberhasilan Pemerintah Kalurahan Sidoluhur dalam upaya percepatan penanggulangan stunting. Danang mengatakan kesuksesan ini menjadi bukti bahwa sinergi antara pembuat kebijakan hingga pendamping di lapangan mampu menurunkan angka stunting secara signifikan di Kalurahan Sidoluhur.
Pravelensi stunting berdasarkan e-PPGBM di Sleman pada 2022 sebesar 6,88 persen, sedangkan di 2023 turun di angka 6,3 persen. Meski mengalami penurunan, Danang menambahkan bahwa pemkab terus menyusun target untuk selanjutnya menekan prevalensi stunting di Sleman melalui intervensi yang spesifik.
“"Pemerintah Kabupaten Sleman berkomitmen untuk menangani stunting secara serius, masif, integratif, dan kolaboratif, karena bagi kami stunting merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas SDM ke depan dalam mewujudkan Indonesia Emas pada 2045," ungkapnya.