REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Fenomena cuaca panas melanda sebagian wilayah Indonesia dalam beberapa hari terakhir ini, bahkan mencapai 35-38 derajat Celsius. Kondisi ini melebihi batas maksimal kenyamanan suhu di Indonesia yang berkisar antara 22-26 derajat Celsius.
Dosen Program Studi Arsitektur Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Indah Pujiyanti mengatakan, passive cooling bisa menjadi alternatif dalam menghadapi cuaca panas saat ini. Teknik ini bisa diterapkan pada desain rumah dan dianggap efektif dalam rangka meminimalkan penggunaan pendingin ruangan, seperti AC.
Pasalnya, penggunaan AC justru semakin menjadi salah satu penyebab pemanasan global. Dengan begitu, teknik passive cooling ini bisa menjadi solusi yang lebih baik dilakukan di kondisi cuaca panas ini.
Indah menjelaskan, passive cooling merupakan teknik pendinginan alami dengan rekayasa desain arsitektur. Beberapa teknik passive cooling yang dapat diterapkan untuk menurunkan suhu dalam ruangan antara lain dengan teknik ventilative cooling, yaitu mendesain sistem ventilasi silang pada bangunan.
"Ventilasi silang tidak hanya menyediakan ventilasi yang terbuka di dua sisi saja, akan tetapi dengan menempatkan lubang-lubang ventilasi di dua sisi dengan ketinggian yang berbeda. Hal ini diupayakan untuk mengeluarkan suhu panas dari sisi ventilasi yang lebih tinggi," kata Indah kepada Republika, Selasa (10/10/2023).
Alternatif passive cooling berikutnya yang dapat diterapkan yakni dengan rongga udara pada atap bangunan. Hal ini dengan penggunaan atap limasan/pelana yang tinggi dan hindari penggunaan atap datar.
"Karena pada dasarnya suhu panas akan bergerak ke bagian atas bangunan, sehingga suhu panas tidak berada di ketinggian efektif ruang untuk beraktivitas," ujarnya.
Lebih lanjut, Indah menyebut bahwa teknik evaporative cooling juga bisa menjadi solusi lain menghadapi cuaca panas dari teknik passive cooling ini. Evaporative cooling yakni dengan memberikan elemen air di sekitar bangunan rumah, sehingga panas matahari yang datang dapat direduksi oleh air.
"Sehingga, suhu yang masuk ke dalam ruangan akan lebih rendah dibanding suhu luar ruangan," ungkapnya.
Teknik passive cooling terakhir yang dapat diterapkan yakni dengan penghijauan. Hal ini, kata Indah, dengan memperbanyak area hijau dan pepohonan di sekitar rumah, sehingga radiasi matahari yang masuk ke dalam ruangan dapat tereduksi, dan bayangan dari tajuk pohon dapat memberikan keteduhan di beberapa bagian rumah.
Menurutnya, dengan menerapkan teknik passive cooling yang tepat pada bangunan, diharapkan masyarakat masih dapat beraktivitas dengan nyaman di tengah cuaca panas ekstrem yang terjadi beberapa hari terakhir ini.
Indah pun menegaskan bahwa yang paling utama yakni penggunaan energi listrik dalam bangunan dapat diminimalisasi seoptimal mungkin dengan menerapkan teknik passive cooling ini.