REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Penjabat (Pj) Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo, mengeklaim bahwa volume sampah di wilayah setempat terus berkurang. Setidaknya, saat ini volume sampah di Kota Yogyakarta berkurang menjadi 60 ton per hari.
Singgih menuturkan, penurunan volume sampah tersebut merupakan hasil dari Program Gerakan Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori Ala Jogja (Mbah Dirjo) yang terus digencarkan kepada masyarakat dan seluruh ASN di lingkungan Pemkot Yogyakarta.
“Akan terus kami kembangkan biopori dengan berbagai macam varian yang ada. Baik ember tumpuk, biopori, losida, biolos, dan sebagainya, menyesuaikan kondisi masing-masing rumah," kata Singgih di Kompleks Balai Kota Yogyakarta, Selasa (19/9/2023).
Saat ini sudah ada sekitar 30 ribu biopori yang dihasilkan dari Gerakan Mbah Dirjo di Kota Yogyakarta. Puluhan ribu biopori tersebut sudah terbangun di wilayah-wilayah agar masyarakat dapat melakukan pengolahan sampah organik secara mandiri.
Singgih menuturkan, pihaknya akan terus menggencarkan Gerakan Mbah Dirjo ini di masyarakat. Ditargetkan, setidaknya dari gerakan ini volume sampah di Kota Yogyakarta dapat berkurang 20-30 persen.
Dijelaskan, volume sampah di Yogyakarta awalnya telah berkurang sekitar 100 ton dari Gerakan Zero Sampah Anorganik. Hal ini menjadikan volume sampah menjadi sekitar 200 ton per hari, dari yang sebelumnya rata-rata 300 ton per hari pada 2022.
Namun, dengan terus digencarkannya Gerakan Mbah Dirjo, volume sampah di Yogyakarta dikatakan terus berkurang, hingga saat ini menjadi sekitar 60 ton per hari. Gerakan Zero Sampah Anorganik sendiri diterapkan sejak awal 2023, dan Gerakan Mbah Dirjo diterapkan sejak Juli 2023 lalu.
"Kita menargetkan Gerakan Mbah Dirjo bisa berkontribusi mengurangi sampah berkisar 20-30 persen dari total volume sampah yang dihasilkan Kota Yogyakarta sekitar 200 ton per hari," ungkap Singgih.