REJOGJA.CO.ID, SLEMAN -- Pemerintah Kabupaten Sleman, DIY, terus berupaya untuk menangani persoalan sampah pasca TPA Piyungan ditutup sementara hingga September mendatang. Salah satu upaya yang dilakukan melalui sosialisasi pengelolaan sampah mandiri kepada masyarakat umum.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sleman menyelenggarakan Sosialisasi Pedagang Pasar Olah dan Bersihkan Sampah (OBAH) bagi para pedagang di Pasar Tempel, Sleman, Jumat (25/8/2023). Sosialisasi tersebut dilakukan sebagai upaya optimalisasi pengelolaan sampah terutama di pasar.
Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, mengatakan Kabupaten Sleman merupakan penyumbang sampah terbanyak di TPA Piyungan, yaitu 320 ton per harinya. Ia menambahkan, Sleman memiliki penduduk terbanyak di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu 1,1 juta jiwa ditambah dengan 300 ribu pendatang.
Pasar pun tidak luput dari perhatian karena menjadi salah satu penyumbang sampah di Sleman. “Saya berharap agar para pedagang di sini dapat memilah-milah sampah baik itu kertas, plastik, maupun sampah organik,” ujar Kustini.
Dijelaskan, para pedagang dan pembeli tidak dilarang menggunakan plastik, tetapi menyarankan agar mengurangi penggunaan plastik di pasar. Ia pun mengimbau agar para pedagang maupun pembeli memanfaatkan tas belanja.
Hal itu menurutnya akan sangat berharga untuk mencegah adanya timbulan sampah di Sleman. “Akan lebih baik jika sampah-sampah plastik dapat didaur ulang atau dimanfaatkan menjadi barang yang lebih berguna. Saya juga berharap kepada bapak ibu semua dapat menunjukkan bahwa Sleman itu kabupaten yang sehat dan bersih serta memiliki warga yang peduli kepada lingkungan,” katanya.
Kustini berharap para pedagang di Pasar Tempel dapat menjadi pioner untuk pemilahan sampah di pasar dan bisa saling mengingatkan untuk tidak membuang sampah sembarangan. Ia juga mengingatkan agar jangan sampai membakar sampah plastik karena asapnya berbahaya bagi kesehatan.
Praktisi lingkungan yang memberi pelatihan pengelolaan sampah kepada pedagang Pasar Tempel, Haryadi, membenarkan bahwa asap yang dihasilkan dari pembakaran sampah plastik mengandung racun yang berbahaya bagi kesehatan terutama paru-paru.
Untuk mencegah pembakaran maupun pembuangan sampah sembarangan, Haryadi menjelaskan masyarakat dapat menggunakan alat makan dan minum pribadi, menggunakan tas belanja, membatasi penggunaan kantong plastik, membuat lubang biopori, hingga membentuk bank sampah.
Tak hanya itu, setiap lapisan masyarakat dapat melakukan pemilahan dan daur ulang sampah secara mandiri baik itu sekolah, kampus, kantor, hingga permukiman. “Ada beberapa manfaat yang bisa kita rasakan sendiri jika mengelola sampah, seperti misalnya mengurangi pencemaran udara akibat pembakaran sampah hingga membantu menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih,” kata dia.