REJOGJA.CO.ID, WONOSARI -- Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, telah menetapkan status siaga darurat kekeringan di masa kemarau ini. Sebanyak 55 kalurahan dari 14 kapanewon di Gunungkidul mengalami kesulitan air bersih.
"Ada 14 kapanewon yang mengalami kekeringan. Memang tahun ini musim kemaraunya lebih kering dari tiga tahun terakhir," kata Kepala Bidang Penanganan Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DI Yogyakarta, Lilik Andi Aryanto, kepada Republika, Selasa (15/8/2023).
Lilik menjelaskan, di Gunungkidul, dari 14 kapanewon yang mengalami kesulitan air, sebanyak 11 kapanewon masih bisa menyalurkan stok dropping air mereka, dengan jumlah 60 tangki air yang kapasitasnya masing-masing 5,000 liter, sehingga jumlahnya mencapai 300 ribu liter. Sedangkan tiga kapanewon mendapatkan stok air bersih dari BPBD.
Untuk dropping air dari provinsi, disalurkan langsung oleh Dinas Sosial DIY. Akan tetapi, menurut Lilik, sejauh ini wilayah-wilayah tersebut masih dapat memenuhi kebutuhan air.
Selain itu, beberapa tahun lalu sudah ada sosialisasi gerakan memanen air hujan untuk persiapan musim kemarau. "Masyarakat sebagian sudah membuat tandon air hujan," kata Lilik.
Menurut dia, koordinasi penanganan kekeringan sudah dimulai dari beberapa saat yang lalu. Pemkab Gunungkidul juga melakukan koordinasi dengan multisektor seperti dengan Dinas Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman untuk membuat sumur bor.
"Rencananya mereka akan membuat sumur bor di beberapa titik, kemudian pemeliharaan embung-embung. Ada 50 titik sumur bor, yang prioritas di sumber kekeringan," jelasnya.
Selain itu, ada satu perusahaan yang menawarkan pengangkatan air bawah tanah. "Mereka akan membantu untuk mengambil air bawah tanah untuk dialirkan ke masyarakat. Baru pengkajian minta titiknya di mana, jadi itu untuk persiapan jangka panjang," kata dia.