REJOGJA.CO.ID, HALMAHERA UTARA -- Pengembangan kawasan rempah di timur Indonesia khususnya di Kabupaten Halmahera Utara (Halut) dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan pemerintah dan warga setempat. Hal ini dilakukan melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) kolaborasi yang digelar di kawasan penghasil rempah tersebut.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat dan Alumni UGM, Arie Sudjito mengatakan, selama ini pengembangan kawasan rempah di Halut belum maksimal dilakukan. Dengan begitu, perlu dilakukannya kolaborasi untuk terus mengangkat dan mempromosikan sumber daya yang dimiliki.
"Pengembangan rempah karena sumber daya yang besar di sini perlu ditopang, perlu disupport, dan dibantu dengan kolaborasi," kata Arie di Kantor Bupati Halut, Tobelo, Halut, Maluku Utara, Kamis (3/8/2023).
Arie menyebut, pengembangan kawasan rempah di Halut tidak hanya dari aspek ekonomi. Namun juga dari aspek ekologi dan aspek kebudayaan.
"Pengembangan (kawasan) rempah ini tidak sekadar aspek ekonomi, tapi juga aspek kebudayaan, ekologi yang tujuan besarnya bisa menciptakan terobosan. Karena sumber daya kita besar, tapi seringkali kurang perhatian," ungkap Arie.
Pengembangan kawasan ini dilakukan juga dalam rangka mempercepat pembangunan di kawasan timur Indonesia. Arie menuturkan, pemda dan warga setempat juga terbuka dan kooperatif dalam melakukan pengembangan kawasan rempah di Halut melalui program KKN kolaborasi ini.
"Kalau ini bisa dilakukan dengan baik, saya yakin pemda akan bisa terdorong untuk bisa memacukan karena potensi yang besar ini butuh sentuhan. KKN ini tentu tidak bisa jangka pendek, tapi juga jangka panjang, minimal bisa lima tahun, sehingga nanti bisa terasa hasilnya," katanya.
Melalui kolaborasi ini dalam pengembangan kawasan rempah ini, dilakukan mapping, penelitian, hingga memunculkan inovasi-inovasi. Berbagai peneliti yang ahli di bidangnya juga diikutsertakan untuk mempercepat pengembangan kawasan rempah khususnya di Halut.
"Dan KKN ini sekali lagi juga menjadi arena pembelajaran bagi mahasiswa yang barangkali dia punya teori, tapi belum tentu ketika dia bersentuhan dengan empiris dia mampu," kata dia.
KKN ini juga dilakukan berkolaborasi dengan beberapa perguruan tinggi di Maluku Utara, yakni Universitas Khairun (Unkhair) dan Universitas Halmahera (Uniera). Total ada 54 mahasiswa KKN yang diterjunkan dalam program KKN di Halut dengan mengusung tema 'Pemetaan Rempah-Rempah'.
Puluhan mahasiswa tersebut disebar di tiga lokasi di Halut selama 50 hari pelaksanaan program KKN. Mulai dari Desa Ngidiho, Desa Pitu, dan Desa Gorua Selatan.
Sementara itu, Direktur Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat UGM, Rustamaji mengatakan, KKN kolaborasi yang dijalankan UGM tidak hanya di Halut. Namun juga di DIY bahkan Gorontalo.
KKN kolaborasi ini dijalankan dengan melibatkan 20 perguruan tinggi di Indonesia hingga perguruan tinggi luar negeri yakni University of Groningen, Belanda.
KKN kolaborasi bersama University of Groningen ini dilakukan di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Di 2023 ini UGM menurunkan lebih dari 7.000 mahasiswa KKN, namun sekitar 2.500 diantaranya mengikuti program KKN kolaborasi.
"Sebanyak 7.060 mahasiswa yang KKN, yang kolaborasi sekitar 2.500-an. Lewat KKN kolaborasi bisa lebih menemukan solusi lebih nendang, dalam waktu 50 hari tidak akan cukup untuk membantu masyarakat sehingga dilakukan dengan cara merintis kolaborasi. Antar mahasiswa, antar dosen, antar program studi dampaknya akan lebih positif," kata Rustamaji.
KKN kolaborasi ini akan terus dilanjutkan ke depannya, dengan harapan dapat memecahkan permasalahan yang ada di masyarakat. "Mereka bisa bekerja sama untuk hal-hal yang lebih besar dan lebih strategis," jelasnya.