Rabu 26 Jul 2023 01:24 WIB

Tenaga Penyadap Nira dan Pengrajin Gula Jawa di Bantul Butuh Regenerasi

Kebutuhan pasar akan produk gula Jawa terus ada.

Red: Yusuf Assidiq
Penyadap nira
Foto: antarafoto.com
Penyadap nira

REJOGJA.CO.ID, BANTUL -- Sentra produksi gula Jawa di Kelurahan Triwidadi, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, membutuhkan regenerasi sumber daya manusia penyadap nira dari pohon kelapa, sebagai bahan baku pembuatan bahan pangan tersebut.

Kepala Desa Triwidadi Slamet Riyanto mengatakan jumlah perajin gula jawa yang terbagi dalam beberapa kelompok di lima pedukuhan Kelurahan Triwidadi mencapai 200 orang, dengan kapasitas produksi mencapai dua sampai tiga ton gula Jawa per hari.

"Kendala saat ini mungkin tenaga penyadap nira kelapa yang cenderung menurun, karena generasi yang makin kurang, ini yang perlu kita inovasi dengan alat dan teknologi agar untuk meregenerasi penyadap nira, ataukah perajinnya ini akan lebih muda," katanya.

Menurut dia, padahal kebutuhan pasar akan gula Jawa tersebut terus ada, dan potensi nira yang disadap dari pohon kelapa di wilayah kelurahan ini besar, sehingga memang perlu adanya regenerasi SDM penyadap nira kelapa, dan teknologi untuk mendukung pekerjaan.

"Mungkin sekarang juga harus diikuti teknologi, karena faktor keselamatan kerja saat proses menyadap itu penting, dan faktor kebutuhan saat ini yang cenderung meningkat sulit dipenuhi karena kurangnya SDM, menurunnya jumlah penyadap," ujar dia.

Ia mengatakan, apalagi kalau sentra produsen gula Jawa di Bantul  bisa membranding gula Jawa asli, maka dampaknya terhadap keberlangsungan usaha makin besar, karena kebutuhan gula Jawa baik campuran dengan gula pasir dan dari nira asli saat ini pasar membutuhkan banyak.

"Produksi gula yang khusus tanpa campuran tergolong masih rendah, namun ketika dicampur bisa dua sampai tiga ton per hari di beberapa wilayah tadi. Untuk pemasaran di pasar sekitar, Pasar Bantul, pasar desa dan Pasar Godean Sleman, ada lagi di Pasar Pandak Wijirejo," katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan, dalam meminimalkan risiko kerja dari aktivitas menyadap nira kelapa, sudah pernah ada program penanaman pohon kelapa rendah juga pemberian sabuk pengaman kepada penyadap itu sendiri.

"Namun kendalanya masalah budaya atau pola kerja, katanya kalau pakai sabuk pengaman itu terlalu ribet, terlalu lama, seharusnya sudah selesai, namun belum selesai, itu mungkin yang perlu diubah dari pola masyarakat itu sendiri," katanya.

Sementara itu, Ketua Kelompok produsen gula Jawa Ngudi Mulyo, Rajiman mengatakan, kelompok yang memproduksi gula jawa yang sudah turun temurun ini sekarang sudah beranggotakan sekitar 30 orang, yang merupakan ibu-ibu berasal dari masyarakat setempat.

"Kalau kapasitas produksi per hari lima kilogram gula jawa per orangnya, sehingga kalau total semuanya ya sekitar 150 kilogram. Untuk satu kilogram gula, biasanya membutuhkan bahan baku nira 10 botol ukuran 600 mililiter," katanya.

Ia mengatakan, harga jual gula jawa dari perajin sebesar Rp 15 ribu untuk yang campuran gula pasir, sementara gula jawa murni sebesar Rp 30 ribu per kilogram. Bahan pangan itu dipasarkan ke sejumlah pasar tradisional daerah itu.

Kegiatan menyadap nira kelapa untuk bahan baku produksi gula jawa di Dusun Butuh Kidul, Desa Triwidadi, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement