REJOGJA.CO.ID, MALANG -- Stroke merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kecacatan nomor satu di dunia dan menyebabkan menyebabkan gangguan fungsi otak. Jika dikategorikan, terdapat dua kelompok dari stroke, yaitu stroke penyumbatan dan stroke perdarahan.
Stroke penyumbatan terjadi apabila pada pembuluh darah di otak tersumbat oleh penebalan dinding pembuluh darah akibat kerak lemak. Sementara itu, stroke perdarahan terjadi jika pembuluh darah otak pecah.
Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Annisa Nurul Arofah menyatakan, stroke penyumbatan maupun perdarahan sama-sama mengakibatkan otak tidak mendapatkan suplai makanan dan oksigen. "Kemudian menyebabkan adanya gangguan fungsi," jelas dia.
Gejala-gejala yang harus diwaspadai pada serangan stroke antara lain keluhan gangguan keseimbangan secara mendadak atau gangguan penglihatan. Begitu pun dengan wajah yang tidak simetris satu sisi atau muncul kelemahan pada satu sisi tubuh. Hal tersebut merupakan tanda bahaya yang menyebabkan pasien harus segera ditangani.
Menurut dia, stroke dapat menyerang berbagai kalangan usia. Kebanyakan kasus terjadi berkat faktor-faktor yang mendukung seperti tekanan darah tinggi atau hipertensi, diabetes, serta kolesterol yang tinggi. Perubahan pola hidup juga menyebabkan stroke ini dapat dialami oleh orang-orang yang berusia muda.
Pada perempuan, terutama yang bisa mengalami stroke akibat alat kontrasepsi (KB) yang mengandung hormon dengan disertai faktor risiko lain. "Seperti adanya obesitas, peningkatan kolesterol, atau diabetes. Merokok juga merupakan salah satu dari faktor resiko terjadinya stroke," ucapnya dalam keterangan pers yang diterima Republika.
Menurut dia, terdapat dua jenis faktor risiko, yaitu resiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain ras, usia, dan jenis kelamin.
Dia mengungkapkan, ras Asia memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena serangan stroke dibandingkan dengan ras Eropa. Kemudian semakin bertambahnya usia, maka semakin tinggi pula risiko terjadinya stroke.
Perempuan usia subur memiliki hormon yang melindungi dari stroke. Itu artinya ketika sudah menopause, risikonya lebih tinggi mengalami stroke. Ketiga, yakni laki-laki lebih banyak mengalami stroke yang tipe perdarahan.
Lalu untuk faktor yang bisa dimodifikasi atau bisa dijaga yaitu dengan mengatur pola hidup. "Seperti menjaga diri agar tidak hipertensi, diabetes, kolesterol yang tinggi, obesitas, merokok, dan konsumsi minuman keras," jelasnya.
Annisa mengungkapkan, ada sepuluh langkah yang dapat mencegah stroke. Pertama adalah mengontrol tekanan darah. Kedua ialah latihan jasmani dengan berolahraga ringan selama 30 menit setiap hari dan paling tidak dilakukan lima hari dalam satu minggu.
Ketiga, diet sehat dan seimbang, yakni mengatur jenis makanan yang dikonsumsi seperti bahan rendah lemak, sayur, buah-buahan, serta porsi antara karbohidrat, lemak dan proteinnya seimbang. Keempat dan kelima adalah menurunkan kolesterol dan mengukur berat badan serta indeks pinggang dengan panggul.
Keenam, menghindari rokok, baik itu menjadi perokok aktif maupun pasif. Ketujuh, yakni menghindari alkohol karena kandungannya meningkatkan produksi lemak yang memicu dan berisi zat-zat pengganggu fungsi pembuluh darah.
Langkah kedelapan dan kesembilan yakni mengenali denyut nadi serta menjaga gula darah dalam tubuh. "Terakhir, yakni penghasilan dan pengetahuan, yakni menyiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan menyerang stroke,” kata dia menambahkan.