REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pakar kesehatan Universitas 'Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Nosa Septiana Anindita, menjelaskan cara mencegah penularan antraks pada manusia. Salah satunya melalui pengolahan pangan yang dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Yakni, mulai dari penyimpanan antara daging dan jeroan. Sebaiknya, kata dia, hal itu dilakukan pada wadah terpisah. Pasalnya, kandungan air yang tinggi pada jeroan dapat menyebabkan kerusakan yang lebih cepat.
Hal tersebut, katanya, akan berdampak pada masa simpan yang pendek. "Selain itu, penyimpanan antara jenis daging dilakukan dalam wadah yang terpisah pula karena setiap jenis daging memiliki karakteristik masing-masing, seperti bau," ujarnya.
Ia juga menekankan agar daging tidak ditempatkan dalam satu wadah yang sama dengan sayur maupun bahan pangan tanpa adanya pembatas. Sebab, dapat berdampak terjadinya kontaminasi silang antara bahan pangan tersebut.
"Daging disimpan pada wadah yang tertutup dan kedap udara agar terhindar dari debu, lalat, maupun serangga yang dikhawatirkan akan menyebabkan pencemaran, sehingga dapat merubah organoleptik daging," ungkap dosen Prodi Bioteknologi Unisa Yogyakarta ini.
Sementara itu, peralatan pada pengolahan daging sebaiknya juga dipisahkan dari pengolahan bahan pangan lainnya. Tidak hanya itu, jika daging tidak segera diolah, maka dapat disimpan pada suhu dingin.
Pada bagian lain, ia mengimbau agar masyarakat tidak panik terkait penularan antraks tersebut. Nosa menekankan pentingnya upaya yang dapat dilakukan dalam rangka memutus rantai penularan antraks ini.
Yakni menerapkan pola hidup bersih dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. "Mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir sebelum melakukan olahan pangan, dan setelahnya dapat menjadi strategi memutus rantai penularan," ujar Nosa.
Terlebih, hasil peternakan seperti daging, susu, telur dan kulit dapat menjadi sumber penyebaran zoonosis. Sebagai contoh, antraks meskipun telah diberlakukan peraturan yang keras bahwa ternak yang terjangkit harus dimusnahkan sehingga tidak mungkin dijadikan bahan pangan, namun penyebaran penyakit ini masih memungkinkan melalui pakan ternak berupa tepung tulang dan tanduk, tepung daging, dan kulit atau bulu yang diberikan pada ternak.
"Ternak yang diberi pakan berasal dari material ternak yang terjangkit antraks dapat menjadi penyebab rantai penularan antraks yang akan terikut pada produk ternak," jelasnya.