REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY melakukan berbagai upaya guna mencegah meluasnya penularan penyakit antraks yang tengah terjadi di Gunungkidul.
Saat ini kasus antraks di Dusun Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul telah mengakibatkan tiga orang kehilangan nyawa dan 93 orang lainnya dinyatakan suspek.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY, Sugeng Purwanto mengatakan pihaknya tegas melarang keluar masuknya hewan ternak sapi dan kambing sementara waktu dari wilayah tersebut.
"Kami telah melakukan isolasi dan lintasan atau lalu lintas keluar masuknya hewan ternak sementara tidak melalui Dusun Jati. Langkah tersebut dilakukan supaya penularan antraks bisa dicegah," kata Kepala DPKP DIY Sugeng Purwanto, Jumat (7/7/2023).
Terdapat 12 ekor ternak terdiri dari enam ekor sapi dan enam ekor kambing yang terkena antraks dan menurut Sugeng semuanya sudah ditangani. Untuk itu, pihaknya menjamin tidak ada daging beredar dari hewan ternak yang disinyalir terkena virus antraks sampai saat ini.
Tidak hanya mengisolasi dan melarang lalu lintas di lokasi penyebaran, upaya edukasi masyarakat dan vaksinasi terhadap ratusan hewan ternak terus dilakukan.
"Edukasi ini dilakukan melalui media sosial maupun konvensional dan kuncinya butuh dukungan dari semua pihak," katanya menegaskan.
Menurut Sugeng, upaya pengawasan hewan ternak di Gunungkidul menjadi tantangan tersendiri. Hal ini melihat kondisi Gunungkidul dengan jumlah ternak yang sangat banyak dan kandang yang tidak terpusat di satu tempat.
Namun berbagai upaya antisipasi tetap dilakukan seperti dilakukan vaksinasi antraks. Stok vaksin antraks di DIY tercatat sebanyak 2.600 dosis vaksin antraks. Sebanyak 366 dosis sudah diaplikasikan untuk 77 ekor sapi dan 289 ekor kambing yang berada di lokasi terpapar kasus antraks di Gunungkidul.
"Pengajuan vaksinasi antraks tersebut berdasarkan permintaan dari kabupaten/kota yang bersangkutan. Vaksinasi antraks tersebut lakukan rutin, kami mengajukan lagi ke pusat tambahan vaksin dengan adanya kejadian kasus antraks di Gunungkidul," katanya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, Pembayun Setyaningastutie menegaskan penyakit antraks tidak menular dari manusia ke manusia, tetapi dari hewan ke manusia. Hal ini guna menjawab kekhawatiran masyarakat akan penularan penyakit tersebut, terlebih dengan adanya warga yang meninggal dunia usai terpapar antraks.
"Satu yang perlu digarisbawahi penyakit antraks itu tidak menular dari manusia ke manusia. Jadi tidak ada kemudian kena antraks terus bisa menularkan pada yang lain, tidak. Pasti dari hewan ke manusia karena antraks termasuk salah satu penyakit zoonosis atau penyakit yang berasal dari binatang," tuturnya.
Baca juga : Kasus Antraks Gunungkidul, Bantul Perketat Perbatasan
Pembayin menjelaskan antraks kepada manusia bisa menyerang di kulit, pernapasan dan pencernaan. Jika muncul di kulit biasanya manusia itu bersentuhan dengan baik itu hewan ternak yang positif antraks.
Sedangkan yang menyerang pernapasan, berasal dari spora di dalam hewan ternak yang telah mati karena positif antraks lalu terhirup manusia. Kalau antraks pencernaan karena mengonsumsi daging atau apa pun dari ternak yang sudah positif antraks.
"Dinkes langsung melakukan sero survei pada 125 sampel setelah ada kasus satu warga meninggal dunia dan positif antraks. Sebanyak 87 orang yang terdeteksi sero positif atau suspek dalam kondisi yang baik dan tidak perlu mendapat perawatan di rumah sakit," tuturnya.