REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meyakini sinergi potensi pariwisata empat kabupaten dan satu kota di provinsi ini bisa menjadi kunci menambah durasi atau lama tinggal wisatawan.
"Perlu mengnyinergikan semua potensi yang ada, sehingga menikmati Yogyakarta tidak bisa selesai hanya dalam waktu satu hari, tapi bisa dua atau tiga hari, bahkan bisa lebih," kata Ketua DPD GIPI DIY Bobby Ardiyanto, di Yogyakarta, Jumat 30/6/2023).
Sinergi potensi wisata, kata Bobby, dapat mencontoh konsep yang diterapkan di Bali, khususnya antara potensi yang ada di kawasan Ubud dan Kuta. Kedua kawasan itu dikembangkan dengan konsep yang berbeda, namun tidak saling bersaing karena pasarnya tidak sama.
"Pasarnya Ubud dan Kuta itu berbeda, sehingga pengembangan wisatanya pun berbeda. Di Ubud tidak akan dibangun hedonisme seperti di Kuta. Hal seperti ini perlu juga kita terapkan di Yogyakarta," kata dia lagi.
Sebelum menerapkan konsep serupa, menurut dia, pemerintah daerah perlu melakukan riset untuk menggali potensi wisata yang beragam dan dapat disinergikan. "Hasil riset itu dapat digunakan untuk me-link and match-kan masing-masing potensi yang ada dan bisa jadi rekomendasi untuk pemangku kepentingan," kata dia.
Bobby mengakui hingga kini lama tinggal wisatawan atau length of stay (LoS) di DIY rata-rata masih di bawah dua hari. Ia meyakini apabila potensi wisata di kabupaten/kota di DIY dapat disinergikan sebagai satu rangkaian paket wisata, maka durasi tinggal wisatawan bisa mencapai empat hingga lima hari.
"Seharusnya bisa karena kembali lagi kita punya potensi sangat beragam dan komplet kalau kita mau mengembangkan dengan benar," ujar Bobby.
Untuk menarik kunjungan wisatawan serta memperpanjang durasi tinggalnya, Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Singgih Raharjo sebelumnya meminta industri pariwisata di provinsi ini meningkatkan keramahan layanan (hospitality).
Mulai dari bisnis hotel, restoran, homestay, hingga jasa perjalanan wisata, menurut dia, semuanya berbasis pada keramahan layanan. Warga Yogyakarta, kata dia, memiliki modal dasar berupa budaya ramah serta sopan santun untuk menarik lebih banyak kunjungan wisata. "Dengan adanya keramahan akan menjadikan wisatawan lebih terikat dengan destinasi," ujar Singgih.