REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sejumlah upaya terus dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta terkait pencegahan penyakit menular sifilis. Di antaranya, dengan melakukan edukasi dan sosialisasi utamanya di populasi tertentu yang menjadi faktor risiko penyebaran penyakit tersebut.
Sifilis karena hubungan seksual yang berisiko. Untuk itu, diharapkan masyarakat menghindari perilaku seks berisiko guna mencegah penularan penyakit tersebut.
Terlebih, penyakit ini di Provinsi DIY terus meningkat sejak 2020 lalu. Bahkan, peningkatan setiap tahunnya mencapai lebih dari 100 persen.
"Biasanya di tempat-tempat populasi tertentu kita penyuluhan di situ, edukasi di tempat populasi tertentu. Jadi prinsipnya itu pencegahannya sama, namanya penyakit menular, ada perilaku, kemudian terpaksa pakai kondom, tapi perbaikan perilaku ya," kata Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu, kepada Republika.
Secara keseluruhan di kabupaten/kota se-DIY, Dinkes DIY mencatat adanya peningkatan kasus sifilis atau yang dikenal raja singa berdasarkan data Sistem Informasi HIV/AIDS (SIHA).
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes DIY, Setyarini Hestu Lestari mengatakan, terus naiknya penyebaran sifilis di DIY karena faktor risiko lelaki seks lelaki (LSL). Meski, ada juga penyebaran yang disebabkan dari faktor risiko heteroseksual.
"Faktor risikonya (didominasi) LSL, walaupun yang heteroseksual juga cukup tinggi, tapi juga LSL cukup meningkat atau terjadi peningkatan," kata Setyarini saat dikonfirmasi Republika, Rabu (24/5/2023).
Setyarini memerinci bahwa pada 2020 tercatat kasus sifilis di DIY sebanyak 67 kasus. Namun, pada 2021 meningkat lebih dari dua kali lipat hingga 141 kasus.
Pada 2022, kasus sifilis ini kembali meningkat tajam menjadi 333 kasus. Di 2023 ini, sudah terdeteksi kasus sifilis sebanyak 89 kasus.
"Di 2023 sudah di angka 89, artinya ini baru beberapa bulan yang belum sampai setengah tahun sudah 89 kasus. Kalau nanti dikalikan dua saja, (berarti di 2023 bisa sampai) 180-an, artinya lebih tinggi dari 2021," ujarnya.
Berdasarkan faktor risiko, pada 2020 kasus sifilis karena LSL mencapai 15 persen. Angka faktor risiko ini meningkat di 2021 menjadi 34 persen, dan pada 2022 sebesar 44 persen kasus sifilis di DIY dikarenakan LSL.
"Di 2023 karena masih sedikit, (kasus sifilis) ini didominasi memang dari faktor risiko LSL," kata Setyarini.