REJOGJA.CO.ID, SOLO -- Pakar psikologi politik UNS Abdul Hakim menilai pertemuan antara Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dengan relawan Jokowi Se-Jateng Jatim dan Gibran adalah manuver untuk menaikkan daya tawar kedua belah pihak.
Seperti diketahui, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming mendampingi Prabowo saat pertemuan relawan di Angkringan Omah Semar, Jumat (19/5/2023) malam. Meski Prabowo mengaku pertemuan tersebut sebenarnya adalah ajang silaturahim antara dirinya dengan Gibran, ia mengaku kaget lantaran didukung oleh para relawan.
"Pertama saya melihat ini jelas bagian dari usaha Pak Prabowo mendapatkan poin dari dukungan terutama di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur," kata Abdul ketika dihubungi, Sabtu (20/5/2023).
Sedangkan untuk Gibran sendiri, Abdul berpendapat pertemuan itu adalah ajang unjuk diri soal daya tawar di 2024 mendatang. Sebab, menurutnya Gibran sendiri punya kepentingan di pilkada mendatang.
"Sejauh ini saya kira baru sekadar show off untuk menunjukkan daya tawar politik di 2024. Kan dia punya kepentingan juga entah itu di Jateng dan seterusnya. Jadi saya kira ini baru saling menunjukkan tajinya saja," katanya.
Selanjutnya, Abdul menjelaskan saat pemilihan wali kota Solo, Gibran didukung oleh 42 organ relawan. Namun, di pertemuan dengan Prabowo tersebut, hanya ada beberapa perwakilan dengan jumlah total 15 koordinator relawan.
Menurutnya hal tersebut adalah salah satu cara Gibran berpolitik dengan metode diplomasi. "Saya melihat ini masih menjadi bagian dari politik diplomasi. Gibran membiarkan relawan-relawan nya untuk menjajaki kemungkinan kemungkinan politik pada tahap ini karena dia sendiri belum mengambil keputusan sehingga dukungan relawan relawan Gibran ke Prabowo itu juga akan memberikan keuntungan juga pada Gibran," katanya
"Sikap politik relawan Gibran yang belum terkonsolidasi saya pikir adalah bagian dari menaikkan bargaining position. Kalau mengambil posisi jelas sejak awal dia tidak memiliki daya tawar yang kuat di antara PDIP maupun partai-partai politik yang lain. Seolah mereka dimiliki," tambahnya.
Kendati demikian, pergerakan para relawan yang memang dasarnya memiliki sifat leluasa menurutnya juga belum menggambarkan sikap politik Gibran sebagai kader PDIP. Di mana PDIP sendiri telah mengusung capresnya Ganjar Pranowo.
"Mereka tidak punya konsekuensi politik yang serius karena PDIP tidak bisa melakukan apapun karena relawan ini bukan bagian integral dari organ partai. Tetapi di sisi lain, kita belum bisa mengatakan jika sikap relawan itu menggambarkan sikap politik Gibran," imbuh dia.
Disinggung soal daya tawar Gibran ke PDIP dan apakah ada kemungkinan keretakan antara Gibran dengan partai, Abdul menjelaskan bahwa politik di Indonesia itu sangat dinamis. Artinya manuver dari sebagian relawan Gibran malah menjadi daya tawar tersendiri sehingga partai harus mempertimbangkan langkah ke depannya.
"Dinamika politik elektoral di Indonesia ini sangat dinamis karena di satu sisi tingkat kepercayaan masyarakat ke partai terus menurun sementara masyarakat lebih berpatokan ke sosok-sosok politik tertentu misalnya relawan Gibran relawan Pak Jokowi dan relawan Pak Mahfud MD dan seterusnya sehingga partai politik tidak bisa semena-mena," katanya.
"Kalaupun PDIP tidak happy dengan manuver politik sebagian relawan Gibran, mereka nggak bisa ngapa-ngapain juga. Justru sikap politik yang berbeda ini memberikan daya tawar ke Gibran. Ini lho, kalau Anda tidak mempertimbangkan aspirasi saya, saya bisa mengambil sikap yang berbeda," tegas dia lagi.