Oleh : Dr.dr. Nur Shani Meida., M.Kes, Sp.M*
REJOGJA.CO.ID, Glaukoma adalah penyakit kerusakan saraf optik mata yang ditandai dengan kerusakan secara progresif sel ganglion retina dengan kenaikan tekanan intraokuler secara relatif sebagai salah satu faktor risikonya. Penyebab glaukoma dapat disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan.
Faktor genetik seperti adanya gen MYOC, CYP1B1, FOXC1, PITX2, PAX6, OPTN, dan faktor lingkungan seperti kebiasaan peminum kopi, pemakaian obat-obat steroid jangka panjang baik secara diminum atau dihisap, kebiasaan angkat berat dan latihan yoga pada posisi tertentu seperti kepala di bagian bawah.
Selain itu ada beberapa penyakit sistemik tertentu seperti hipertensi, hipotensi, hiperlipidemi, penyakit tiroid dan Diabetes Mellitus dapat menjadi penyebab glaukoma.
Glaukoma merupakan salah satu penyebab utama kebutaan irreversibel pada populasi orang dewasa di seluruh dunia. Glaukoma ditandai dengan penglihatan kabur mulai dari bagian tepi, kemudian melebar dan pada tahap lanjut penglihatan hanya ada kecil di bagian tengah seperti melihat lubang kunci (‘pinhole vision’).
Pada pemeriksaan saraf mata tampak kerusakan sel ganglion retina, penipisan lapisan serabut saraf retina dan pelebaran rasio cup of disk retina. Penyakit ini merupakan penyakit mata kronis tidak menular yang membutuhkan prinsip-prinsip perawatan jangka panjang.
Terapi glaukoma selama ini ditujukan untuk penurunan tekanan intraokuler dengan mekanisme penurunan produksi humor akuos (seperti β-blocker, inhibitor karbonik anhydrase, α-adrenergik) dan meningkatkan aliran humor aquos (seperti prostaglandin analog, α-adrenergik, parasimpatomimetik) atau kombinasi keduanya agar obat bekerja lebih efektif. Selain itu pengobatan penyakit glaukoma dapat berupa terapi laser atau operasi tergantung penyebab dan tingkat keparahan penyakit.
Tetes mata pada pasien glaukoma selama puasa Ramadhan tetap wajib dilakukan dan tetap melakukan kontrol pengukuran tekanan intraokuler pada ahlinya. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga tekanan intraokuler tetap normal dan stabil. Jika tidak dilakukan maka dapat menyebabkan peninggian tekanan intraokuler dan dapat menyebabkan kebutaan.
Beberapa studi melaporkan tekanan intraokuler mata selama puasa Ramadhan mengalami fluktuatif. Tekanan menjadi agak tinggi pada saat pagi hari dan malam hari. Pada saat itu kemungkinan akibat banyak makan dan minum pada saat sahur dan buka puasa.
Peninggian tekanan intraokuler pada waktu tersebut tidak boleh melewati batas normal agar tidak merusak saraf mata sehingga dapat dikatakan waktu tersebut adalah waktu ideal untuk melakukan tetes mata. Jika tetes mata dilakukan dua kali maka penetesan dapat dilakukan pada pagi hari dan malam hari sesuai kondisi tersebut. Jika penetesan dilakukan satu kali maka dapat dilakukan pada malam hari sesudah buka puasa.
Beberapa orang ragu-ragu untuk melakukan tetes mata di siang hari pada saat puasa Ramadhan. Ada yang berpendapat bahwa tetes mata dapat membatalkan puasa dan ada orang mengatakan tidak membatalkan.
Menurut beberapa sumber, tetes mata tidak membatalkan puasa walaupun cairan masuk ke tenggorokan. Untuk orang yang ragu-ragu melakukan tetes mata pada siang hari maka penetesan dapat dilakukan pada pagi hari sebelum imsak dan malam hari sesudah buka puasa. Selain itu perlu membatasi makanan dan minuman yang dapat menaikkan tekanan intraokuler seperti makanan yang terlalu asin dan kebiasaan minum kopi harus dikurangi.
Jadi kesimpulan dari makalah ini, pasien glaukoma perlu tetap melakukan tetes mata rutin selama puasa Ramadhan untuk menjaga kerusakan saraf mata dan mencegah kebutaan.
*Bagian Mata, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta