REJOGJA.CO.ID, MALANG -- Istilah childfree akhir-akhir ini banyak dibicarakan oleh masyarakat. Adapun childfree merupakan keputusan pasangan untuk tidak mempunyai anak atau keturunan.
Mengetahui hal tersebut, Dosen Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Vina Salviana Darvina Soedarwo pun memberikan tanggapannya. Menurutnya, childfree biasanya selaras dengan kebijakan negara apabila dilihat dari sisi modern.
"Misalnya kebijakan negara di mana keluarga hanya boleh memiliki satu anak. Pun dengan negara yang memiliki harga kebutuhan yang tinggi tentu akan mempengaruhi keputusan pasangan," katanya dalam siaran pers yang diterima Republika, Ahad (5/3/2023).
Menurut dia, pasangan yang memilih untuk childfree biasanya berpikiran anak akan membebani secara ekonomi. Mengurus anak juga dianggap akan membebani secara waktu. Hal ini dapat terjadi apalagi jika kedua pasangan sama-sama bekerja di luar rumah.
Jika hal tersebut diadopsi oleh negara-negara yang memiliki Muslim yang banyak, maka akan bertentangan dari konsep Islam. Sebab, kedudukan anak di dalam Islam adalah sebagai amanah yang diberikan Allah kepada hamba-Nya.
Vina mengungkapkan, anak juga dinilai sebagai sebuah anugerah sehingga orang tua harus merawat dan membesarkannya. Namun tidak dapat dimungkiri anak juga dapat menjadi ujian bagi orang tua. Hal ini sebenarnya tergantung bagaimana orang tua mampu merawat dan menyelesaikan ujian-ujian itu.
Di sisi lain, anak juga merupakan penerus generasi. Sebab itu, idealisme childfree jika terus berkembang dapat mempengaruhi kuantitas generasi di masa yang akan datang.
Dia mencontohkan apabila ada 125 juta pasangan. Satu pasangan berpikir hanya dia dan pasangannya saja yang memilih untuk childfree. Namun ternyata banyak pasangan lain yang berpikiran hal yang sama. Jika jumlah pasangan childfree semakin banyak, maka akan menyebabkan penerus generasi berkurang.
Di Indonesia, mayoritas pasangan masih banyak yang ingin memiliki keluarga dan mempunyai anak. Di sisi lain, menurut Vina, sebagai makhluk yang berelasi, manusia harus saling menghargai keputusan orang lain. Kemudian juga bisa kembali kepada konsep Islam.
"Jika memang bisa punya anak, kenapa tidak memilikinya? Karena Allah menjanjikan pahala dan anugerah yang berlimpah bagi orang tua dan itu harus dipercaya," ucapnya.