Rabu 01 Mar 2023 08:38 WIB

Renovasi Infrastruktur Terdampak Erupsi Semeru Rampung Dibangun

Kementerian PUPR membangun rumah khusus Tipe 36 sebanyak 1.951 unit.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Yusuf Assidiq
Warga penyintas bencana awan panas guguran (APG) Gunung Semeru membersihkan halaman hunian tetap di Desa Sumbermujur, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur.
Foto: ANTARA/Seno
Warga penyintas bencana awan panas guguran (APG) Gunung Semeru membersihkan halaman hunian tetap di Desa Sumbermujur, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur.

REJOGJA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyampaikan telah menyelesaikan penanganan dampak erupsi Gunung Semeru yang terjadi di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada 2021 lalu.

Total anggaran yang dialokasikan sebesar Rp 770 miliar guna pembangunan rumah khusus yang dilengkapi dengan infrastruktur dasar permukiman seperti drainase, air minum, sanitasi, jembatan, serta pembangunan Jembatan Besuk Koboan.

Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono melalui pernyataan resminya mengatakan, penanganan tanggap darurat bencana alam erupsi Gunung Semeru dilakukan atas perintah Presiden Jokowi untuk membantu korban bencana dan mengambil langkah-langkah penanganan jangka pendek dan panjang. Termasuk untuk melakukan rekonstruksi pada rumah masyarakat yang terdampak.

“Pemerintah membangun rumah masyarakat terdampak bencana bukan hanya memperbaiki kerusakannya saja, namun juga mengharapkan adanya permukiman baru yang tangguh terhadap bencana sehingga masyarakat merasa aman dan nyaman,” katanya.

Lebih lanjut, ia menuturkan, melalui Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan (BP2P) Jawa IV, Direktorat Jenderal Perumahan, Kementerian PUPR membangun rumah khusus Tipe 36 sebanyak 1.951 unit dengan alokasi anggaran Rp 350,55 miliar.

"Pekerjaan dilakukan oleh PT Brantas Abipraya dan PT Hutama Karya sejak Januari 2022 dan telah dihuni oleh masyarakat pada Idul Fitri 2022 lalu," ujarnya.

Adapun masyarakat penerima manfaat tersebut berasal dari tujuh desa di Kabupaten Lumajang yakni Desa Sumbersari, Desa Kebondeli Utara, Desa Kebondeli Selatan, Desa Curah Koboan, Desa Gumukmas, Desa Kamarkajang, dan Desa Kajar Kuning.

Direktur Jenderal Perumahan Iwan Suprijanto mengatakan, rumah khusus hunian tetap (huntap) tersebut dibangun berukuran 6x6 meter pada tanah seluas 10x14 meter untuk setiap Kepala Keluarga (KK) dan menyatu dengan hunian sementara (huntara).

"Desain dan spesifikasi teknis huntap ini menggunakan konsep build back better dengan teknologi rumah tahan gempa yang dibangun dengan metode RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat). Seluruhnya menggunakan produk dalam negeri," kata dia.

Selain membangun rumah khusus, Kementerian PUPR melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Direktorat Jenderal Cipta Karya juga melengkapi hunian dengan sejumlah fasilitas infrastruktur dasar permukiman guna menambah kenyamanan. Pekerjaan berupa drainase, air minum, sanitasi, dan jembatan dengan total luas 81,55 hektare.

“Untuk instalasi air minum, dibangun reservoir berkapasitas 300 m3, pipa jaringan distribusi sepanjang 5.280 meter, dua unit broncapture, serta perlintasan dan aksesoris untuk menyambung saluran rumah sebanyak 1.951 SR. Total kapasitas penyediaan air minum sebesar 25 liter per detik untuk 2.000 KK yang bersumber dari Kali Tunggeng dengan debit 10 liter per detik, Kali Pitik lima liter per detik (gravitasi), dan hutan bambu dengan debit 10 liter per detik dengan biaya sebesar Rp 17 miliar,” tambahnya.

Sementara untuk prasarana sanitasi dibangun Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berkapasitas 80-500 KK dan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) berkapasitas 2000 KK. Anggaran pembangunannya sebesar Rp 57,5 miliar.

Huntap juga dilengkapi dengan fasilitas umum dan fasilitas sosial (fasum fasos) untuk mengakomodasi kegiatan sehari-hari masyarakat seperti masjid, sekolah, sarana olahraga, lapangan, Ruang Terbuka Hijau (RTH), dan pasar.

Sementara itu, melalui Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur-Bali Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR tengah menyelesaikan pembangunan Jembatan Besuk Koboan yang sebelumnya roboh akibat terjangan material vulkanik saat erupsi Gunung Semeru.

Robohnya Jembatan Besuk Koboan tersebut mengakibatkan terputusnya konektivitas yang menghubungkan Lumajang-Turen-Malang. Jembatan pengganti dibangun sepanjang 140 meter dengan nilai kontrak Rp 160 miliar dan dilaksanakan oleh PT Adhi Karya (Persero) selaku kontraktor dan PT Virama Karya (Persero) selaku konsultan. Saat ini, progress fisiknya telah mencapai 97,1 persen dan ditargetkan rampung pada akhir Februari 2023.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement