Rabu 30 Apr 2025 16:43 WIB

Gagal Ginjal Kronis, The Silent Killer

GGK telah menjadi masalah kesehatan utama di seluruh dunia.

Red: Fernan Rahadi
Ilustrasi Gagal Ginjal Akut
Foto: republika/mgrol100
Ilustrasi Gagal Ginjal Akut

REJOGJA.CO.ID, Oleh: Apt Lolita MSc PhD*

Kasus gagal ginjal kronis (GGK) tengah merebak di Indonesia. Jumlah pasien yang membutuhkan cuci darah atau terapi pengganti ginjal juga meningkat secara signifikan.

Banyak pasien gagal ginjal tidak menyadari terkena gagal ginjal karena gejala awal penyakit ini seringkali ringan atau bahkan tidak ada sama sekali. Penyakit gagal ginjal menjadi serius dan jika tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan silent killer.

Istilah 'The Silent Killer' adalah penyakit yang tidak menimbulkan gejala yang jelas sehingga dapat berkembang tanpa disadari dan berakibat fatal. Data Riskesdas Kemenkes RI menyebutkan, prevalensi penderita gagal ginjal kronis di Indonesia pada tahun 2024 adalah 713.783 jiwa atau sejumlah 0,25 persen dari seluruh penduduk Indonesia menderita GGK. Adapun prevalensi gagal ginjal pada laki-laki (0,3 persen) lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan (0,2 persen).

Berdasarkan karakteristik umur, prevalensi tertinggi ditemukan pada kategori usia di atas 75 tahun (0,6 persen), dengan peningkatan prevalensi mulai terjadi pada usia 35 tahun ke atas.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan penyakit gagal ginjal kronis yang umumnya didominasi oleh orang lanjut usia, mulai merambah usia produktif. Di mana terlihat ada peningkatan proporsi hemodialisis atau tindakan cuci darah di kalangan usia produktif. Pada kelompok usia 25-34 tahun, proporsi hemodialisis dengan gagal ginjal kronis melesat naik menjadi 31,4 persen di tahun 2023.

GGK merupakan penurunan fungsi ginjal selama lebih dari tiga bulan, ditandai dengan penurunan filtrasi glomerulus (GFR) di bawah 60 ml/menit/1,73 meter persegi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kerusakan struktural atau fungsional ginjal yang progresif dan tidak dapat sembuh secara total.

Faktor risiko yang dapat menyebabkan GGK antara lain kelebihan berat badan, kadar gula darah, dan tekanan darah tinggi yang dapat merusak pembuluh darah ginjal.​ Proses penuaan, penggunaan obat antiinflamasi non steroid (NSAID) dalam jangka waktu panjang juga dapat menurunkan fungsi ginjal.​

Sebanyak 1,23 Juta Kematian

GGK telah menjadi masalah kesehatan utama di seluruh dunia. Menurut data dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), pada tahun 2017, penyakit ginjal kronis menyebabkan sekitar 1,23 juta kematian, dan sekitar 1,36 juta kematian terkait penyakit kardiovaskular akibat gangguan fungsi ginjal. Badan Kesehatan Dunia melaporkan, gagal ginjal kronis menempati urutan ke-10 dari semua penyebab kematian tahun 2021.

GGK dapat mengakibatkan penumpukan limbah, cairan, dan gangguan mineral elektrolit dalam tubuh, mengganggu keseimbangan metabolik, serta mempengaruhi berbagai sistem organ vital. Penumpukan limbah dan cairan dalam tubuh dapat menyebabkan pembengkakan, sedangkan penumpukan limbah nitrogen dalam darah dapat menyebabkan gejala seperti mual, muntah, dan kejang.​

Ketidakseimbangan mineral kalsium dan fosfor akibat gagal ginjal juga dapat mempengaruhi kesehatan tulang.​ GGK dapat memicu berbagai komplikasi serius diantaranya, penyakit jantung dan pembuluh darah. Tekanan darah tinggi menjadi sulit dikendalikan, dan produksi sel darah merah menurun akibat gangguan fungsi ginjal.​

Gagal ginjal kronik juga mengakibatkan penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh sehingga penderita berisiko terkena penyakit infeksi.​ Penderita juga dapat mengalami rasa kecemasan dan depresi berat akibat kondisi kesehatan ginjal yang memburuk.​ Oleh sebab itu, penderita gagal ginjal kronik dimana kondisi di mana ginjalnya tidak lagi berfungsi secara normal, memerlukan terapi pengganti ginjal.

Manajemen gagal ginjal kronis mencakup terapi dialisis (hemodialisis atau dialisis peritoneal) untuk menggantikan fungsi ginjal, serta farmakoterapi seperti Angiotensin Converting Enzim Inhibitor (ACEI) atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB) dapat mengontrol tekanan darah dan melindungi ginjal.

Terapi lainnya berupa agen perangsang eritropoiesis (ESA) untuk mengatasi anemia, pengikat fosfat dan suplemen vitamin D untuk mengelola gangguan metabolisme mineral-tulang, serta diuretik pada tahap awal untuk mengurangi kelebihan cairan.

Apabila memungkinkan, transplantasi ginjal merupakan pilihan terbaik bagi pasien gagal ginjal kronis karena dapat memperbaiki kualitas hidup, meski membutuhkan penggunaan imunosupresan jangka panjang. Tentunya, pemilihan terapi gagal ginjal kronis membutuhkan pendekatan bersifat holistik dan individual, sesuai dengan stadium penyakit dan kondisi klinis penderita.

Pengobatan Multidisiplin

Gagal ginjal kronik memang membutuhkan tindakan preventif dan pengobatan multidisiplin. Pencegahan GGK dapat dilakukan dengan beberapa cara meliputi mengelola tekanan darah, olahraga teratur, membatasi konsumsi garam, kalium, dan fosfat.

Upaya pencegahan yang lain yaitu dengan melakukan check-up secara berkala, tidak merokok dan konsumsi alkohol serta mengurangi makanan minuman manis.

Pemerintah dan otoritas kesehatan juga perlu meningkatkan akses informasi dan literasi masyarakat terhadap informasi kesehatan ginjal dan kandungan gizi yang tertera dalam tiap makanan dan minuman. Selain itu juga, perlu perbaikan pelayanan kesehatan terhadap pasien cuci darah yang masih terdapat kesenjangan pemerataan di berbagai daerah.

Bukti ilmiah menunjukkan bahwa kepatuhan terhadap pengobatan, terapi dialisis yang teratur, serta gaya hidup sehat, terbukti dapat meningkatkan kualitas dan harapan hidup penderita gagal ginjal kronik. Strategi pengobatan yang optimal baik dari segi medis maupun psikososial, motivasi diri yang kuat serta dukungan keluarga, memungkinkan penderita gagal ginjal lebih produktif dan menjalani hidup dengan penuh makna.

*Kaprodi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Editor in Chief Clinical and Pharmaceutical Sciences Journal dan Pakar Farmasi Klinis

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement
Advertisement
Advertisement