Rabu 06 Nov 2024 20:34 WIB

'Diperlukan Kurikulum Adaptif Agar Pendidikan Tinggi Eksis'

Tantangan karier di masa depan adalah kemampuan adaptasi dengan kebutuhan pekerjaan.

Red: Fernan Rahadi
Delegasi UMS yang dikomandani Fajar Suryawan Ph.D menyempatkan berdiskusi di sela-sela rehat acara QS Higher Ed Summit Asia Pasific 2024 di Macau University of Science and Technology (MUST), Macau SAR, Cina.
Foto: Humas UMS
Delegasi UMS yang dikomandani Fajar Suryawan Ph.D menyempatkan berdiskusi di sela-sela rehat acara QS Higher Ed Summit Asia Pasific 2024 di Macau University of Science and Technology (MUST), Macau SAR, Cina.

REJOGJA.CO.ID, MACAU -- Memasuki hari ke dua, QS Higher Ed Summit : Asia Pacific 2024 di Macau University of Science and Technology (MUST), Macau SAR, Cina bertambah menarik. Karena itulah, dalam diskusi tentang tema “Building a Sustainable Future : The Intersection of Interprenership, Technology Innovation and Sustainability” berlangsung hangat.

Menanggapi persoalan itu, Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Ir., Mujiburohman, Ph.D., mengatakan, "Ada tiga pihak, kunci untuk mengkondisikan adanya kolaborasi antara dunia kampus, industri yang saling menguntungkan dan berkelanjutan, yaitu pemerintah, perguruan tinggi, dan industri," papar Mujib, yang mengikuti acara di MUST, Macau, Rabu (6/11/2024) itu.

Peranan pemerintah, lanjut dia, terletak pada kebijakan yang menetapkan kewajiban industri untuk berkolaborasi dengan perguruan tinggi, tentu kolaborasi yang saling menguntungkan.

"Kolaborasi bisa dalam bentuk, riset pengembangan produk dan desain alat industri, kemudian magang mahasiswa, beasiswa dan lain sebagainya," katanya.

Menurutnya, untuk menjaga keberlanjutan kolaborasi perguruan tinggi dan industri, di samping perangkat kebijakan pemerintah, baik perguruan tinggi maupun industri memiliki program-program pendukung.

“Perguruan tinggi bisa menerapkan magang dalam kurikulumnya, sementara industri bisa memposisikan mahasiswa sebagai tenaga magang yang profesional," ujarnya.

Senada dengan itu, Prof. Ihwan Susila, Ph.D., mengungkapkan tantangan karier di masa depan adalah kemampuan adaptasi dengan kebutuhan pekerjaan dan keterampilan yang harus dimiliki setiap orang.

"Perlu upaya untuk selalu meng-update keterampilan (upskilling) bahkan re-skilling. Pendidikan tinggi akan memainkan peran yang sangat signifikan untuk menyiapkan talenta masa depan mendesain kurikulum yang adaptif dan kesempatan mahasiswa untuk meningkatkan daya saing di dunia kerja," jelasnya.

Kurikulum yang adaptif, lanjutnya, dikembangkan berdasarkan kebutuhan industri dan pemenuhan pada kebijakan pemerintah.

Pada bagian lain, Ayu Khoirotul Umaroh, S.KM. M.K.M., mengungkapkan perguruan tinggi perlu memberikan training development pada mahasiswa sehingga mahasiswa punya skill yang dibutuhkan, yakni problem solving, resilient, dan entrepreneurship.

"Perlu dipastikan skill set tersebut dapat bersaing tidak hanya di level lokal, tapi juga global," kata Ayu.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement