Selasa 05 Nov 2024 14:01 WIB

Sinyal Buruk, Produksi Padi Jateng Tahun Ini Diprediksi Turun 253 Ribu Ton

Selain karena El Nino, penurunan produksi padi juga karena kejenuhan lahan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Karta Raharja Ucu
Produksi padi di Jawa Tengah diprediksi mengalami penurunan hingga  253 Ribu Ton pada 2024.
Foto:

Produksi Padi Alami Tren Penurunan

Hasil produksi padi dan beras di Jawa Tengah (Jateng) konsisten mengalami penurunan setidaknya selama tiga tahun terakhir, yakni antara 2021-2023. Jateng diketahui merupakan salah satu provinsi penyumbang produksi padi terbesar nasional.

Mengutip data yang diunggah BPS Jateng di situs webnya, angka produksi padi di Jateng pada 2021, 2022, dan 2023 secara berturut-turut adalah 9.618.657 ton, 9.579.069 ton, dan 9.061.715 ton. Sementara angka produksi beras di Jateng dengan rentang periode yang sama yakni 5.531.297 ton (2021), 5.508.531 ton (2022), dan 5.211.022 ton (2023). Data tersebut diperbarui pada 2 Mei 2024.

Menurut data BPS Jateng, tren penurunan angka produksi padi dan beras di Jateng sudah terjadi sejak 2018. Pada 2018, produksi padi di Jateng mencapai 10,49 juta ton, pada 2019 (9,65 juta ton), dan 2020 (9,48 juta ton). Pada periode yang sama, produksi beras di provinsi tersebut juga mengalami penurunan, yakni 2018 (6 juta ton), 2019 (5,52 juta ton), dan 2020 (5,45 juta ton).

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng Supriyanto mengonfirmasi tren penurunan produksi padi dan beras di Jateng. Menurutnya, tren penurunan tersebut bahkan terjadi di skala nasional.

"Kami mengalami penurunan juga. Di Jawa Tengah juga mengalami juga," ujarnya ketika dihubungi Republika, 14 Oktober 2024 lalu.

Dia mengungkapkan, khusus 2023, penurunan produksi padi terjadi karena fenomena El Nino. "2023 terutamanya, kemarin kan pengaruh El Nino. El Nino kan berkepanjangan," kata Supriyanto.

Dia menambahkan, selain El Nino, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan produksi padi turun. Satu di antaranya adalah kejenuhan lahan.

"Produktivitas lahan, tanahnya yang sudah terlalu lama dan masih menggunakan pupuk kimia. Akhirnya menurunkan daya dukung lahan terhadap produksi," ucapnya.

Faktor lainnya alih fungsi lahan dari pertanian ke non-pertanian. "Di Jawa Tengah sekitar 1,7 persen rata-rata per tahunnya. Maka impitannya luar biasa," kata Supriyanto

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement
Advertisement
Advertisement