REJOGJA.CO.ID, SLEMAN -- Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (SV UGM) mendorong agar alat-alat kebencanaan diproduksi sendiri dari dalam negeri. Dengan begitu, alat-alat kebencanaan tidak perlu diimpor dari luar negeri.
Hal ini diungkapkan Dekan SV UGM, Agus Maryono usai ‘The Marketplace Inovasi dan Industrialisasi Peralatan Kebencanaan’ yang digelar di Gedung Teaching Industry Learning Center (TILC) SV UGM, Kabupaten Sleman, DIY, Selasa (21/5/2024).
"Intinya ke depan kita ingin semua alat-alat kebencanaan itu bisa diproduksi oleh dalam negeri kita sendiri, tidak perlu impor, arahnya ke sana," kata Agus.
Kegiatan tersebut juga diisi dengan workshop kebencanaan, di mana digelar bekerja sama dengan Deputi Bidang Logistik dan Peralatan BNPB dan Asian Disaster Management and Civil Protection Expo and Conference (ADEXCO).
Dikatakan Agus, kegiatan ini juga sebagai upaya untuk memperkuat sinergi antara para pemangku kepentingan dalam upaya menanggulangi bencana di Indonesia.
"Workshop juga kita lakukan karena teknologi saja tidak cukup, masyarakat juga harus dikelola. Jadi masyarakat dan teknologi itu harus menyatu untuk menyelesaikan kebencanaan," ungkap Agus.
Selain itu, juga untuk menjaring sumbangan saran, masukan, dan inovasi dari para ahli bencana untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas penanggulangan bencana, terutama peralatan kebencanaan dengan memaksimalkan peran industri dalam negeri.
"Marketplace ini tujuannya mengumpulkan teknologi-teknologi terkait bencana untuk di marketplace-kan, agar ada industri yang mau bergabung dan mengambil atau bekerja sama dengan inventornya untuk dijadikan teknologi yang siap dibeli oleh masyarakat itu sendiri," jelasnya.
Menurut Agus, SV UGM turut berkontribusi dalam mengatasi kebencanaan di Indonesia. Hal juga didukung dengan departeman dan program studi di SV UGM yang banyak menghasilkan alat-alat unggulan maupun metode untuk penanggulangan bencana.
"Misalnya pemanen air hujan atau meja tahan bantingan dari atas (saat bangunan roboh akibat gempa), itu sekolah vokasi bisa menawarkan produknya, sehingga ada produk-produk seklah vokasi untuk kebencanaan, untuk pangan, macam-macam. Tiap tahun ada produk-produk terus, harus ada outlet keluarnya, dan outlet keluarnya ini marketplace," kata Agus.
Agus menyebut bahwa saat ini SV UGM memiliki delapan departemen, dengan total 23 prodi. Selain itu, juga ada satu magister terapan, dimana di 2025 nanti direncanakan untuk ditambah delapan prodi magister terapan di SV UGM.
"SV (UGM) sekarang ada delapan departemen dan 23 prodi, dari engineering sampai ekonomi, sosial, pariwisata ada, ekonomi pembangunan ada, akuntansi ada, teknik elektro, sipil, mesin, teknik kebumian dan lain-lain, kesehatan masyarakat, K3, ada masternya satu. Mudah-mudahan tahun depan ada delapan master terapan. Magister terapan satu, baru K3 itu kesehatan dan keselamatan kerja, itu membludak itu pendaftarnya, banyak sekali," ucapnya.
Seperti diketahui, terdapat kurang lebih 18 alat yang telah lolos kurasi dari 35 alat yang mendaftar untuk mengikuti pameran dalam kegiatan tersebut. Presentasi alat dilaksanakan untuk menjaring lima alat yang akan diikutkan dalam Pameran Adexco pada September 2024 nanti.
Lembaga yang mengikuti pameran terdiri dari universitas, pusat studi bencana, pusat manajemen resiko bencana, pusat penelitian, hingga kementerian dari beberapa daerah. Mulai dari DIY, Semarang, DKI Jakarta, dan Surabaya.
Selain pameran, kegiatan ini juga menghadirkan kuliah umum kebencanaan dan workshop untuk mengembangkan kemitraan antara pemerintah, akademisi, lembaga usaha, dan masyarakat dalam menciptakan inovasi peralatan kebencanaan berbasis produk dalam negeri.
Kuliah Umum menghadirkan narasumber Menteri Kemenperin periode 2014-2015 yakni Indroyono Soesilo, Guru Besar Kebencanaan dan sekaligus Kepala BNPB periode 2008-2015 yaitu Mayjen TNI (Purn) Syamsul Ma’arif, di mana Agus Maryono sebagai moderator.