REJOGJA.CO.ID, GUNUNGKIDUL — Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengambil sampel darah ternak mati di Dusun Kayoman, Kalurahan Serut, Kapanewon Gedangsari. Pengambilan sampel darah itu dilakukan untuk mengantisipasi penyakit antraks.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul mengabarkan ada seorang warga yang merupakan suspek antraks dan tengah dirawat di rumah sakit.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul Wibawanti Wulandari mengatakan, dinasnya mendapat informasi ada ternak yang mati di Dusun Kayoman, Kalurahan Serut, Kapanewon Gedangsari, pada Kamis (7/3/2024).
“Kami sudah menindaklanjuti dengan menerjunkan tim untuk melakukan investigasi dan mengambil sampel darah untuk dikirim ke Balai Besar Veteriner Wates,” kata Wibawanti, Sabtu (9/3/2024).
Berdasarkan keterangan warga, ternak yang mati milik warga berinisial S. Salah satunya ternak sapi, yang dikabarkan mati pada Kamis dini hari. Oleh yang bersangkutan dan warga, kata Wibawanti, sapi mati itu disembelih, namun tidak dikonsumsi, melainkan langsung dikubur.
Kemudian pada Kamis siang ada satu kambing yang mati dan dikabarkan langsung disembelih untuk kemudian dikubur. “Masih ada tiga ekor kambing, kemudian diselamatkan di rumah saudaranya. Tapi, ternyata satu kambing lagi mati,” kata Wibawanti.
Wibawanti sampel darah hewan mati itu sudah diambil untuk diperiksa terkait dugaan terjangkit antraks. “Baru dugaan. Nanti kita buktikan melalui uji laboratorium,” kata dia.
Berdasarkan hasil penelusuran, menurut Wibawanti, warga yang ternaknya mati, pada 24 Februari lalu sempat membawa potongan daging kambing milik warga Sleman. “Saya tidak tahu (rinciannya), hanya dibawanya posisi kambingnya sudah mati. Saya tidak tahu sistemnya dibeli atau dikasihkan,” kata Wibawanti.
Potongan daging itu dikabarkan dikuliti di rumah S dan selanjutnya dikonsumsi. “Saat ini S juga tengah dirawat di rumah sakit. Namun, soal kondisi S secara klinis, kami tidak bisa menjelaskannya karena bukan ranah kami,” ujar Wibawanti.
Selain melakukan investigasi dan pengambilan sampel darah ternak, petugas menyemprotkan cairan formalin di lokasi penyembelihan dan pengulitan hewan ternak yang mati. Lalu lintas keluar masuk ternak di daerah itu diimbau dibatasi.
Asupan vitamin, serta antibiotik tambahan diberikan pada hewan ternak di daerah tersebut. Rencananya sekitar 12 hari ke depan akan dilakukan vaksinasi ternak. “Untuk sementara ternak jangan dikeluarkan dulu di lokasi tersebut,” kata Wibawanti.