REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA — Pasar Sentul di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), selesai direvitalisasi. Pasar yang ada di wilayah Gunungketur, Kemantren Pakualaman, itu kini siap kembali beroperasi dan diisi ratusan pedagang.
Revitalisasi Pasar Sentul itu menggunakan Dana Keistimewaan (Danais). “Menggunakan anggaran sebanyak Rp 23 miliar dari Dana Keistimewaan DIY yang dikelola dalam APBD Kota Yogyakarta tahun 2023,” kata Penjabat (Pj) Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo, saat peresmian hasil revitalisasi Pasar Sentul, Selasa (27/2/2024).
Pasar Sentul direvitalisasi mulai Mei 2023. Selama pekerjaan revitalisasi berjalan, pedagang Pasar Sentul direlokasi ke selter sementara yang ada di Batikan. Setelah revitalisasi rampung, pedagang boyongan kembali ke Pasar Sentul.
“Dilaksanakan boyongan pedagang dari selter Batikan ke Pasar Sentul, untuk kemudian seluruh pedagang segera menempati kembali (Pasar Sentul) sesuai tempat yang telah disepakati bersama, sesuai zonasi,” ujar Singgih.
Singgih menjelaskan, lantai satu Pasar Sentul dijadikan zona untuk pedagang kering, yang dapat menampung 291 pedagang. Lantai dua ditujukan untuk zona basah, seperti pedagang daging, yang dapat menampung 238 pedagang.
Adapun lantai atas atau rooftop dikhususkan untuk pedagang kuliner, yang dapat mengakomodasi 48 pedagang. Zona kuliner itu direncanakan menampung pedagang yang berasal dari penataan kawasan Cagar Budaya Pakualaman. “Nantinya yang masuk adalah pedagang-pedagang dari Sewandanan dan kios biru Bintaran,” kata Singgih.
Singgih mengatakan, secara umum revitalisasi Pasar Sentul ini bertujuan mewujudkan pasar rakyat yang nyaman, mudah diakses, bersih, aman, serta mampu mengikuti kebutuhan zaman. Salah satu poin utama dari revitalisasi ini adalah pasar rakyat yang dilengkapi area rooftop atau yang disebut plaza.
Konsep perancangan pasar ditekankan pada integrasi antara pasar dengan kuliner, sebagai fasilitas untuk mendukung pengembangan kawasan Pakualaman sebagai destinasi wisata budaya. Dengan begitu, kata Singgih, pasar sebagai ruang publik dapat menjadi pendukung pariwisata dan ekosistem ekonomi kreatif, khususnya wisata kuliner.
“Hal ini diharapkan akan mampu mendukung penuh urat nadi perekonomian rakyat, khususnya di Kota Yogyakarta,” ujar Singgih.
Pasar Sentul dibangun dengan konsep fasad menggunakan gaya arsitektur Indis berwarna putih. Pasar tersebut dilengkapi berbagai fasilitas penunjang, seperti tempat parkir kendaraan, ATM, tempat ibadah, kamar mandi, tempat pelayanan kesehatan, sarana pengamanan, kios Segara Amarta, juga kamar mandi atau toilet.
Pasar Sentul juga dilengkapi dengan eskalator di lantai satu dan lantai dua untuk mempermudah mobilisasi. "Dan yang tak kalah penting, pasar ini memiliki akses yang ramah bagi penyandang disabilitas,” ujar Singgih.