REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) meningkatkan kewaspadaan menyusul sudah ditemukannya pneumonia misterius di DKI Jakarta. Penyakit tersebut mengakibatkan infeksi pernafasan yang disebabkan oleh bakteri mycoplasma.
"Kami di Kota Yogyakarta meningkatkan kewaspadaan," kata Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan, Dinkes Kota Yogyakarta, Lana Unwanah di Kompleks Balai Kota Yogyakarta, Jumat (8/12/2023).
Di Kota Yogyakarta sendiri disampaikan belum ada temuan kasus pneumonia misterius ini. Meski begitu, ada kasus pneumonia pada anak namun tidak berat atau ringan.
Bahkan, dari kasus yang dilaporkan, tidak ada yang dirawat inap. "Pneumonia sendiri penyebabnya ada beberapa macam, ada infeksi bakteri, ada infeksi virus, dan juga ada infeksi jamur," ucap Lana.
Lana menyebut, fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) yang ada di Kota Yogyakarta juga terus melakukan pemantauan terhadap kemungkinan ditemukannya penyakit pneumonia misterius ini.
"Dilaporkan melalui laporan mingguan oleh seluruh fasyankes, puskesmas maupun rumah sakit," ucap Lana.
Lebih lanjut disampaikan Lana bahwa surat edaran untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap pneumonia misterius ini sudah disampaikan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Termasuk dari Dinas Kesehatan Provinsi DIY, dimana tidak hanya meningkatkan kewaspadaan, namun juga pencegahan dan pengendalian di seluruh fasyankes.
"Untuk edaran kewaspadaan itu sudah disampaikan dari Kemenkes maupun dari Dinkes Provinsi DIY," jelasnya.
Seperti diketahui, Kemenkes menindaklanjuti temuan enam kasus mycoplasma pneumonia melalui penyelidikan epidemiologi guna memutus mata rantai penularan. Mycoplasma merupakan bakteri penyebab utama wabah pneumonia pada anak-anak di Cina dalam beberapa waktu terakhir, yang mengakibatkan infeksi pernapasan.
"Kami Kemenkes dua hari lalu mendapat laporan dari Dinas Kesehatan DKI. Setelah kami konfirmasi, saat ini ada enam kasus mycoplasma pneumonia yang pernah dirawat karena sebelumnya memang sudah ada," kata Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu.
Enam kasus mycoplasma pneumonia di Jakarta dialami pasien pada rentang usia termuda tiga tahun dan tertua 13 tahun. Kejadian itu dilaporkan dari Rumah Sakit Medistra Jakarta sebanyak lima pasien dan The Jakarta Women and Children Clinic (JWCC) sebanyak satu pasien.
Gejala yang dilaporkan mirip dengan pneumonia pada umumnya, seperti muncul ingus, napas sesak, dan umumnya diawali dengan panas, batuk, sakit kepala, serta sesak napas ringan. "Kejadian di RS Medistra ada yang masuk rumah sakit, dua yang dirawat tanggal 12 dan 25 Oktober, kemudian yang lainnya rawat jalan di bulan November," ucapnya.