REJOGJA.CO.ID, SLEMAN -- Pakar Manajemen Air Universitas Gadjah Mada (UGM) Agus Maryono, mengatakan selama 20 tahun terakhir Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tercatat tidak pernah mengalami banjir bandang. Namun ia mengingatkan hal tersebut bukan berarti wilayah DIY terbebas dari banjir bandang. Ancaman terjadinya banjir bandang tetap harus diwaspadai.
"Kalau dilihat dari jenis sungai-sungainya itu DIY juga punya potensi besar untuk banjir bandang," kata Agus, Rabu (6/12/2023).
Dekan Sekolah Vokasi UGM itu menjelaskan, sejumlah daerah di Kulonprogo dan Sleman banyak juga yang sering terjadi longsor. Kemudian di sungai-sungai kecil di sepanjang kota terutama yang bertebing curam juga perlu diwaspadai.
"Contohnya misalnya Code itu tebingnya curam. Dulu 2008 pernah terjadi banjir besar, banjir besar di Code tidak mungkin, sampai meluap sampai sebelum letusan Merapi itu terjadi banjir besar malam-malam, itu salah satunya mesti ada longsoran yang tutup. Ternyata ada longsoran di Jetis, longsornya cukup besar," ucapnya.
Oleh karena itu, Agus mengimbau agar pemerintah daerah di masing-masing kabupaten mengecek sungai-sungainya yang memiliki potensi longsor tebing besar. Dirinya juga mengapresiasi gerakan sungai yang ada di DIY.
"Jogja sudah bagus ya gerakan sungainya banyak. Perlu ditumbuhkan lagi oleh pemerintah daerah maupun pusat," ungkapnya.
Sementara itu Kepala Pusat Studi Bencana UGM, Muhammad Anggri Setiawan menekankan pentingnya edukasi di masyarakat dalam membaca intensitas hujan. Masyarakat perlu juga memahami cara memantau dan mengamati hujan agar ancaman banjir bandang bisa dicegah.
"Budaya mencatat ini jangan hanya menyerahkan ke pemerintah, ke BMKG saja. Desa-desa ini harus bisa mencatat," tuturnya.
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement