REJOGJA.CO.ID, MALANG -- Jumlah kasus HIV/AIDS di Kota Malang terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini diungkapkan Sekda Kota Malang, Erik Setyo Santoso saat menghadiri kegiatan Rapat Kerja Daerah (Rakerda) dalam Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS dan IMS di Hotel Atria, Kota Malang, Senin (27/11/2023).
Erik mengungkapkan, temuan HIV positif di Kota Malang pada 2021 sekitar 329 kasus. Kemudian pada 2022 ditemukan 482 kasus sedangkan pada tahun ini hingga Oktober 2023 terdapat 460 kasus. "Artinya tren peningkatan terlihat di sini," kata Erik.
Berdasarkan data layanan HIV/AIDS, temuan kasus pada tahun ini yang berasal dari penduduk Kota Malang sendiri sebanyak 32,4 persen. Sementara itu, data lainnya merupakan penduduk dari 64 kabupaten/kota se-Indonesia.
Merujuk data tersebut, Erik menegaskan, Kota Malang pada dasarnya merupakan wilayah plural dan heterogen. Artinya, hampir semua warga dari Sabang sampai Merauke berada di Kota Malang.
Ditambah lagi, terdapat warga yang berusia remaja hingga dewasa yang banyak menempuh pendidikan di Kota Malang. "Bahkan, dari Jakarta dan Surabaya banyak yang beraktivitas di sini. Termasuk ekspatriat-ekspatriat yang beraktivitas di kota kita juga jumlahnya tidak sedikit," jelasnya.
Di samping itu, Erik juga mengungkapkan secara kumulatif ditemukan 6.886 Orang Dengan HIV (ODHIV). Dari jumlah tersebut, penderita yang masih aktif melakukan pengobatan hingga Oktober 2023 mencapai 2.071 orang.
Temuan ini pun mengharuskan pihaknya bersama sejumlah stakeholder untuk melakukan strategi program pencegahan penanggulangan HIV/AIDS dan IMS.
Bercermin masalah ini, maka pihaknya perlu startegi yang sederhana tetapi tepat sasaran dan komprehensif untuk meningkatkan komitmen. Kemudian juga untuk memantau implementasi program serta memastikan untuk saling mengisi keterbatasan satu sama lain.
Sebab itu, koordinasi lintas sektor dalam bidang penanggulangan di Kota Malang sangat diperlukan agar kasus HIV/AIDS benar-benar hilang di Kota Malang.
Erik pun mendorong peran aktif komunitas dalam melakukan perubahan dan mendorong kesadaran penderita HIV guna mencegah penularan virus ke orang lain.
Kemudian juga mendorong komunitas untuk memanfaatkan teknologi dalam menyebarkan informasi HIV/AIDS. "Serta menekankan pentingnya menciptakan generasi yang bebas stigma," jelasnya.