REJOGJA.CO.ID, REMBANG -- Batik bercorak khas Lasem siap mendunia. Ikhtiar telah diawali dengan diresmikannya bentuk brand batik asal Lasem, Jagad Phoenix, oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah bersama dengan kelompok artisan batik, desainer, dan penjahit Lasem.
Peresmian ini merupakan tindak lanjut dari program Kartini Bangun Negeri (KABARl) yang telah dibangun seiak 2022. Strategi brand positioning ini, diharapkan akan memperkuat batik Lasem di kancah global sekaligus dapat meningkatkan kembali ketertarikan masyarakat kepada batik Lasem.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra mengungkapkan, guna mendorong ikhtiar tersebut, pengembangan ekosistem industri batik di Lasem telah dilakukan.
Seperti peningkatan kapasitas pengrajin dan pengusaha (selaku off taker) kain batik, peningkatan kualitas desain batik yang dihasilkan balk (tulis) maupun cap, peningkatan jumlah jenis produk turunan kain batik, dan diversifikasi jenis kain yang digunakan.
“Selain itu juga peningkatan pemasaran kain batik Lasem dan produk turunannya melalui penciptaan merek (brand) dan berbagai kegiatan promosi dan pameran,” ungkapnya, Senin (23/10/2023).
Jagad Phoenix, lanjutnya, mengusung semangat lima ‘vitamin’ C, yakni Culture, Creative, Collaboration, Community, dan Circular Economy. Eksplorasi teknik, pewarnaan alami, serta penggunaan bahan-bahan berkualitas dengan desain unik terbatas menjadi kekuatan brand Jagad Phoenix.
Selain itu, pengembangan desain motif dilakukan melalui padu-padan warisan budaya dan produk terkini yang ramah lingkungan. Sehingga betul-betul menyatu dengan prinsip dan semangat eco green.
Hasil karya Jagad Phoenix telah melahirkan beragam produk busana/apparell dan home decor yang ditampilkan pada ‘Trunk Show Festival Kalcer Kata Kota Kita’ pada Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2023 yang berlangsung di MBloc Space Jakarta, baru-baru ini.
Rahmat Dwisaputra juga sangat mengapresiasi kesempatan untuk memperkenalkan brand Jagad Phoenix ini. Karena telah mendukung pelestarian budaya dan industri kreatif. “Hal ini juga selaras implementasi program Bank Indonesia bagi pengembangan wirausaha kelompok subsistem,” jelasnya.
Sementara itu, keikutsertaan koleksi Jagad Phoenix dalam kegiatan tersebut merupakan bagian dari tahapan uji publik dari program KABARI, yang menampilkan hasil kolaborasi dengan jenama fesyen warna alam, karya Hayuning Sumbadra, atau yang akrab dipanggil Adra dan perupa Arahmaiani tersebut
Keduanya telah berkarya bersama kelompok kerja KABARI Rembang sebagai sebuah kelompok kewirausahaan sosial batik Lasem, yang terdiri dari pemilik rumah batik, desainer lokal, penjahit rumahan yang total melibatkan 16 orang.
Kolaborasi ini telah melahirkan motif desain Lasem yang diaplikasikan menjadi fesyen ready to wear yang menarik.
Tak kurang 22 desain kolaborasi Jagad Phoenix – Batin – Arahmaiani dikenakan oleh para model profesional dan Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Hilmar Farid, beserta jajaran Direktur dan Dewan Kurator Gerakan Kalcer, untuk Jenama Berdaya Handoko Hendroyono.
“Inspirasi karya kami adalah akar tradisi batik dan budaya Lasem. Dengan riset, pengembangan serta pemanfaatan, kami ingin berkontribusi merawat bumi, kebudayaan, dan bergeraknya ekonomi pusaka di wilayah Kawasan Cagar Budaya Lasem,” ungkapnya.
“Arahmaiani juga menyumbangkan satu motif bunga matahari sebagai pemicu eksplorasi seni dan semangat menghormati alam dan budaya,” jelas Adra.
Batik khas Lasem menggambarkan produk kreatif dari Lasem menggunakan bahan-bahan kain premium, warna alam indigofera, dan daur ulang limbah pecahan keramik kuno yang ditemukan di Pantai Dasun sebagai kancing.
“Kami ingin memberikan nafas baru, stilisasi motif Lasem, komposisi motif yang disukai pasar, dan memberikan definisi baru batik Lasem premium. Walapun komposisi baru, karakter Lasem tetap kuat. Prosesnya panjang, semua peserta bekerja keras untuk naik kelas,” katanya.
Adra juga menambahkan, kerja pelestarian memerlukan proses, peran aktif komunitas, dan kreativitas inovasi. Kolaborasi membuka kesempatan berjejaring dan mengenal ceruk pasar atau niche global yang harus direspons oleh artisan batik Lasem dengan produk kreatif yang segar dan bisa mendekati pasar anak muda.
Sebab pelestarian budaya juga berada di pundak generasi muda. Maka batik perlu didekatkan pada keseharian mereka sehingga ekonomi heritage bergerak dengan anak muda. “Sekaligus juga agar batik Lasem dikenal publik yang lebih luas dan mendunia,” ungkap dia.