REJOGJA.CO.ID, SLEMAN -- Ubah Bareng menggelar diskusi bertajuk 'Desak Anies' di Ngaglik, Sleman, Ahad (22/10/2023). Calon presiden (capres) dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan yang hadir secara langsung di kegiatan tersebut menjawab sejumlah pertanyaan dari sejumlah anak muda yang hadir di acara itu.
"Kami prinsipnya adalah siap bertukar pikiran karena ini adalah fase untuk kita mendengar, fase kita menyampaikan gagasan, fase kita untuk bertukar pikiran," kata Anies di Ngaglik, Sleman, Ahad (22/10/2023).
Anies pertama menjawab pertanyaan soal rendahnya upah minimum provinsi di Yogyakarta. Anies mengatakan upaya yang perlu dilakukan yaitu pengembangan ekonomi mikro kecil. Menurutnya semakin dimudahkan dalam penciptaan lapangan usaha melalui pemberian insentif berupa kemudahan izin untuk mikro dan kecil, pembebasan PBB bagi usaha mikro, hingga pemberian akses kepada pembiayaan bagi sektor yang non formal informal, amak akan mengikatkan kesempatan usaha.
"Sehingga pendapatan yang didapat itu bukan menjual tenaganya sebagai pekerja tapi dengan membuat kegiatan usaha, ini yang harus didorong," ucapnya.
Selain itu Anies juga menjawab kesulitan anak muda dalam memperoleh rumah. Anies menjelaskan kelompok masyarakat berpenghasilan menengah yang menurutnya perlu dibantu mengingat masyarakat berpenghasilan rendah telah dibantu oleh berbagai macam program seperti perumnas dan lain sebagainya.
"Itu sebabnya di Jakarta kemarin ada program DP 0 rupiah, DP 0 rupiah bukan untuk menjangkau yang di bawah, bukan juga untuk menjangkau yang di atas, menjangkau yang di tengah, mereka yang bisa bayar bulanan, tapi tidak bisa nabung untuk bayar DP, begitu DP dihilangkan mereka bisa bayar bulanan, dan mereka akhirnya bisa dapat rumah, itu salah satu strateginya," ungkapnya.
Selain itu Anies juga menjawab soal persoalan sampah di Yogyakarta. mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan ada dua komponen dalam menyelesaikan persoalan sampah. Komponen pertama yaitu yang dikerjakan oleh negara dan komponen yang dikerjakan komunitas yang di dalamnya dikerjakan individu dan keluarga.
"Di bagian ini diperlukan perubahan cara kita mengelola sisa. Tidak semua sisa adalah sampah, sebagian sisa itu bisa disimpan, bisa didaur ulang. Karena itu prinsipnya reduce, reuse, recycle. Kurangi dulu, pakai lagi kemudian daur ulang, itu dikerjakan di tingkat rumah tangga," kata dia.
Sedangkan di tingkat pemerintah, Anies menilai sudah saatnya TPA mengadopsi pengolahan sampah menjadi bahan baku baru berupa energi terbarukan. Menurutnya manajemen keseluruhannya harus dilakukan secara organisasi kota.
"Dengan cara begitu, di rumah tangga dikurangi, di lingkungan ada pengolahan, kemudian pengambilan sampah dikerjakan oleh negara, dan di ujung disiapkan pengelolaan sampah untuk nantinya bisa dijadikan energi yang terbarukan, asal itu bisa dikerjakan satu sistem, itu bisa selesai," ucapnya.