REJOGJA.CO.ID, SURABAYA -- Guru Besar Sosiologi Universitas Airlangga (Unair) Prof Bagong Suyanto menyoroti banyaknya masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah yang tergoda judi online. Berdasarkan data Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) tercatat 2,76 juta masyarakat Indonesia merupakan partisipan judi online.
Menariknya, sekitar 2,19 juta di antaranya adalah masyarakat berpenghasilan rendah. Bagong menjelaskan, perjudian merupakan patologi sosial yang sudah lama dan bentuknya berubah-ubah. Judi, memiliki berbagai bentuk.
Bermacam taruhan muncul dari kejadian yang sering ada di masyarakat. "Mulai dari kejadian sederhana hingga kompleks bisa dijadikan bahan taruhan untuk perjudian," kata Bagong, Selasa (17/10/2023).
Dikatakan, budaya judi di sebagian masyarakat Indonesia masih langgeng. Memanfaatkan idiom budaya populer seperti media. Film God Of Gamblers yang terkenal di kalangan masyarakat Indonesia seolah memberikan legitimasi untuk mengubah nasib melalui perjudian.
"Faktor mentalitas yang ingin menempuh jalan pintas. Jika mengubah nasib dengan jalur rasional sudah tidak lagi mungkin sehingga dia menempuh jalur irasional berupa perjudian," ujar dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unair tersebut.
Bagong melanjutkan, hadirnya judi online memberikan pengaruh masif karena pemain tidak dibatasi wilayah dan dapat dilakukan dengan mudah lewat telepon genggam. Tawaran nominal deposit akun judi online tergolong rendah sehingga mudah dijangkau masyarakat miskin.
Modal seadanya ini justru semakin mendorong masyarakat miskin mencoba segala cara untuk berjudi online. "Judi online menawarkan media alternatif untuk memotong kompas kehidupan. Selalu muncul persepsi ‘siapa tahu rezeki’ menjadikan adiktif dalam berjudi," kata Bagong yang skripsinya mengulas topik perjudian.