Rabu 27 Sep 2023 15:17 WIB

'Rayakan Maulid Nabi Muhammad Sebagai Ajang Silaturahim'

Rasa silaturahim yang kuat dalam diri seseorang akan berdampak baik bagi orang lain.

Red: Fernan Rahadi
Anak-anak mengikuti pawai menyambut Milad hari lahir Nabi Muhammad SAW di Karachi, Pakistan, Kamis (21/9/2023). Maulid Nabi Muhammad SAW dirayakan oleh banyak umat Islam setiap tahun pada tanggal 12 Rabi-ul-Awal , bulan ketiga dalam Kalender Islam.
Foto: EPA-EFE/SHAHZAIB AKBER
Anak-anak mengikuti pawai menyambut Milad hari lahir Nabi Muhammad SAW di Karachi, Pakistan, Kamis (21/9/2023). Maulid Nabi Muhammad SAW dirayakan oleh banyak umat Islam setiap tahun pada tanggal 12 Rabi-ul-Awal , bulan ketiga dalam Kalender Islam.

REJOGJA.CO.ID, JAKARTA -- Perayaan Maulid Nabi Muhammad merupakan hari besar yang dinantikan bagi banyak umat Islam. Pada kesempatan ini, biasanya digelar berbagai acara dan tradisi di masjid-masjid dan beberapa rumah sebagai ajang silaturahmi dan menyampaikan kembali kisah Nabi Muhammad dan suri tauladannya.

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Darud Dakwah wal Irsyad (PB DDI), Suaib Tahir menjelaskan bahwa nilai utama dari perayaan Maulid Nabi Muhammad adalah mempererat silaturahim antara satu dengan yang lain, terutama bagi saudara sesama muslim.

Baca Juga

"Penting bagi kita supaya memahami makna dan urgensi silaturahmi itu sendiri. Kalau silaturahmi antara kita sudah tidak ada, maka itu akan menimbulkan hal-hal yang negatif seperti individualisme. Kita jadi tidak mau lagi mengetahui apa yang dialami oleh teman kita, saudara kita, ataupun tetangga kita," kata Suaib di Jakarta, Rabu (27/9/2023).

Ia menerangkan, jika rasa silaturahim ini kuat dalam diri seseorang, hal itu bukan saja berdampak baik pada orang itu sendiri, tapi juga kepada orang lain di sekitarnya, termasuk mereka yang tidak seiman.

"Misalnya saya suka bersilaturahmi ke teman-teman. Tentu rasa sayang atau hormat saya itu juga lahir bukan saja kepada orang yang seiman, tapi juga pada sesama umat manusia. Dengan kita memperingati maulid Nabi Muhammad, kita diingatkan bahwa salah satu hal yang paling penting adalah mempererat silaturahmi antara kita dengan manusia lainnya," kata Suaib.

Dosen Pascasarjana PTIQ Jakarta ini mengulas tentang beberapa kalangan yang menganggap bahwa perayaan Maulid itu adalah bid’ah bahkan sesat. Argumen dari kalangan yang berpikir demikian biasanya bersumber dari riwayat yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad semasa hidupnya tidak pernah melakukan perayaan Maulid. Ia menjelaskan bahwa sesuatu yang baik itu bisa dilakukan walaupun tidak dicontohkan secara spesifik dalam agama.

"Salah satu contohnya adalah ketika kita mencium tangan orang tua, apakah itu sesuatu yang baik atau tidak? Kita kan hanya diperintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, tapi kita tidak diperintahkan untuk duduk bersimpuh di depan mereka dan mencium tangannya, bahkan ada yang sampai mencium kaki orang tuanya," katanya menambahkan.

Menurutnya, perbuatan itu adalah hal yang baik, dan disepakati oleh semua orang. Begitu juga halnya dengan perayaan Maulid Nabi, bahwa itu merupakan sebuah penghormatan besar kepada Rasulullah SAW. Dengan merayakannya, artinya kita menghormati, gembira, senang, bahkan berbahagia karena tiba waktu hari kelahiran Nabi Muhammad.

Ia  menambahkan bahwa salah satu bentuk penghormatan dan kecintaan kita terhadap Rasulullah SAW biasanya diisi dengan bercerita tentang kisah dan suri teladan Nabi Muhammad. Bagaimana Rasulullah SAW. bersikap terhadap orang lain, baik sesama keluarganya, orang lain, tetangganya dan juga kepada non-muslim, dan lain sebagainya.

Menurut peraih gelar doktoral dari Universitas Islam Omdurman Sudan ini, perayaan Maulid Nabi Muhammad tidak hanya dilakukan di Indonesia, tetapi juga di negara-negara Arab dan Afrika Utara. Perayaan ini lazim diadakan dan banyak orang sangat menanti-nanti untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad. Di banyak negara, bahkan perayaan ini dilakukan dengan mengadakan bazar atau pasar festival yang menjual banyak kue dan camilan lokal yang hanya bisa ditemukan di hari besar Maulid Nabi Muhammad.

Tentunya, lanjut Suaib, perayaan ini tidak dimaksudkan untuk menghambur-hamburkan uang, ataupun berfoya-foya. Justru ada nilai baik dimana pada peringatan Maulid umat Islam bisa bersilaturahmi antara sesama manusia.

"Misalnya saja kita yang tinggal di kampung bisa berjumpa kembali dengan tetangga yang lama tidak berjumpa, tetapi karena sama-sama menghadiri Maulid Nabi Muhammad, kita jadi bisa bertemu dengan tetangga kita," tutur Suaib.

Untuk itu, ia berpesan agar semua bisa mengambil hikmah dari perayaan Maulid. Seperti halnya merayakan peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia setiap tahunnya untuk menunjukkan kecintaan kita terhadap tanah air, Maulid Nabi Muhammad juga dirayakan untuk menunjukkan kecintaan umat Nabi terhadapnya.

"Dalam merayakan peringatan Maulid, kita bersyukur bahwa Nabi Muhammad telah diutus untuk memberikan kita petunjuk kepada jalan serta sifat yang baik dan buruk. Semua ajaran Nabi Muhammad adalah tuntunan yang baik dan patut kita ikuti. Prinsipnya, peringatan Maulid Rasulullah SAW yang kita lakukan setiap tahunnya merupakan bentuk penghormatan dan kecintaan kita terhadap Nabi Muhammad," ujar Suaib.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement