REJOGJA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kemunculan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) sering dianggap sebagai pengganti kerja-kerja yang selama ini dilakukan manusia. Padahal, alih-alih mengggantikan manusia, seharusnya keberadaannya dimanfaatkan untuk membantu pekerjaan manusia, termasuk pekerjaan pustakawan.
Chair of School Resource Centres Committee Librarians Association of Malaysia Perpustakaan Negara Malaysia, Mayasari Binti Abdul Majid, mengungkapkan pada kenyataannya ada beberapa kegiatan kepustakawanan yang sudah digantikan oleh teknologi informasi, bahkan kadang menjadi yang mendominasi pekerjaan di perpustakaan. Namun, menurut dia, penggunaan AI seharusnya difungsikan untuk membantu pustakawan dalam melakukan aktivitas kepustakawan.
"Terkadang pustakawan menghadapi pekerjaan yang cukup banyak dalam durasi waktu terbatas, sehingga AI bisa menjadi alat bantu. AI sangat membantu dan memudahkan program perpustakaan untuk meningkatkan literasi peserta didik dan warga sekolah secara umum," katanya saat berbicara dalam seminar internasional dengan tema 'Pengaruh Artificial Intelligence dalam Dunia Pendidikan' di Grha As-Sakinah SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, Kamis (7/9/2023).
Mayasari menjelaskan bahwa AI merupakan teknologi yang dirancang untuk membuat sistem komputer mampu meniru kemampuan intelektual manusia. AI bisa berwujud sebuah mesin multiguna seperti komputer, smartphone, aplikasi, perangkat lunak, dan lain sebagainya yang berbeda dengan kecerdasan alami yang ditampilkan manusia.
"AI dapat digunakan untuk memprediksi hasil berbagai tugas, menemukan pola dalam data, mengidentifikasi kesalahan, dan membuat keputusan yang akurat. Penerapan AI atau kecerdasan buatan bukan untuk menggantikan pustakawan secara keseuluruhan," katanya menambahkan dalam siaran pers yang diterima Republika, Jumat (8/9/2023).
Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DIY Monika Nur Lastiyani mendorong perpustakaan sekolah untuk terus mengembangkan berbagai teknologi untuk mendukung program literasi. "Melalui seminar ini diharapkan muncul gagasan membangun perpustakaan yang mampu berfungsi secara optimal bagi masyarakat dengan sistem manajeman perpustakaan yang baik dan menekankan pada tersedianya berbagai bahan bacaan yang bersifat informatif, edukatif, rekreatif dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat," ujar Monika Nur Lastiyani dalam seminar yang diselenggarakan Perpustakaan SMA Muhi Yogyakarta bekerja sama dengan Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia (Atpusi) DIY tersebut.
Dosen Pascasarjana UGM Ida Priyanto, menjelaskan Penerapan AI dalam proses digitalisasi perpustakaan telah membawa perubahan revolusioner dalam berbagai aspek. Teknologi pengenalan teks optik (OCR) yang didukung AI memungkinkan pemindaian dan pengenalan otomatis tulisan tangan dan cetak pada dokumen-dokumen kuno yang sulit dibaca secara manual.
Selain itu, AI juga memainkan peran penting dalam pengindeksan dan klasifikasi koleksi perpustakaan. "Manfaat utama AI dalam digitalisasi perpustakaan adalah kemampuannya untuk menyediakan rekomendasi yang relevan kepada pengguna. Dengan mempelajari preferensi dan kebutuhan pengguna, AI dapat menghasilkan rekomendasi buku, artikel, atau dokumen yang sesuai dengan minat mereka. Hal ini tidak hanya meningkatkan pengalaman pengguna, tetapi juga mempromosikan penemuan konten baru yang mungkin sebelumnya tidak terlihat. Kondisi ini sangat mendukung program literasi yang saat ini sedang digalakkan," katanya.
Kepala SMA Muhi Herynugroho mengucapkan selamat datang kepada sekitar 250 peserta seminar internasional ini. Kepala Sekolah mengatakan, dalam membantu berlangsungnya pengembangan literasi dan pengelolaan database perpustakaan, SMA Muhi Yogyakarta menerima bentuk partisipasi dari sekolah atau lembaga lain untuk bekerja sama dalam membangun perpustakaan yang lebih baik lagi termasuk dengan menggunakan teknologi AI.