Jumat 07 Jul 2023 09:26 WIB

Saran bagi Warga yang Temukan Daging Hewan Ternak yang Sakit Lalu Mati

Penting bagi warga atau peternak melakukan pencegahan dini.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Fernan Rahadi
Sugeng menyiram cairan formalin untuk mensterilisasi lingkungan kandang ternak di Pedukuhan Jati, Semanu, Gunungkidul, Yogyakarta, Kamis (6/7/2023). Warga rutin melakukan sterilisasi kandang ternak usai kasus kematian warga karena mengonsumsi daging sapi  yang mati dan terkena antraks. Menurut Balai Besar Veterinari (BBVet) Wates ada 12 ekor hewan ternak di Dusun Jati yang terkena antraks, enam ekor kambing dan enam ekor sapi. Dari kejadian ini sebanyak 87 warga positif terjangkit antraks dan satu diantaranya meninggal dunia.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Sugeng menyiram cairan formalin untuk mensterilisasi lingkungan kandang ternak di Pedukuhan Jati, Semanu, Gunungkidul, Yogyakarta, Kamis (6/7/2023). Warga rutin melakukan sterilisasi kandang ternak usai kasus kematian warga karena mengonsumsi daging sapi yang mati dan terkena antraks. Menurut Balai Besar Veterinari (BBVet) Wates ada 12 ekor hewan ternak di Dusun Jati yang terkena antraks, enam ekor kambing dan enam ekor sapi. Dari kejadian ini sebanyak 87 warga positif terjangkit antraks dan satu diantaranya meninggal dunia.

REJOGJA.CO.ID, SEMARANG -- Terkait temuan penyakit antraks di Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), warga Jawa Tengah diimbau tetap tenang dan tidak terlalu panik.

Namun, kewaspadaan dan langkah-langkah untuk mencegah penyakit hewan ternak yang dapat menular pada manusia tersebut harus dilakukan, agar penyebarannya dapat dikendalikan.

"Kami mengimbau masyarakat tidak perlu panik tapi tetap waspada dalam menyikapi temuan kasus antraks di Gunungkidul ini," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Provinsi Jawa Tengah, Agus Wariyanto, di Semarang, Kamis (6/7/2023).

Masyarakat, dijelaskannya, harus sigap dan cepat melapor bila mana ada hewan ternak yang sakit. Demikian halnya jika ada warga yang sakit dan diduga tertular antraks, diminta agar segera berobat di fasilitas kesehatan.

Upaya-upaya mandiri dengan tetap menjaga kesehatan hewan-hewan ternak juga penting diupayakan oleh masyarakat dengan menerapkan prosedur serta tatalaksana yang tepat. "Langkah-langkah untuk mencegah penyebaran penyakit ini harus dilakukan bersama-sama, mulai dari pemerintah hingga masyarakat," jelasnya.

Sementara itu, Medik Veteriner Disnakkeswan Provinsi Jawa Tengah, Slamet menambahkan, penyakit Antraks dapat menular melalui berbagai media. Spora antraks dapat menular melalui kontak dengan hewan dan memakan daging hewan yang tertular bakteri Bacillus Anthracis.

Oleh karena itu, penting bagi warga atau peternak melakukan pencegahan dini. Jika menemukan hewan sakit dan memiliki ciri ada pendarahan di lubang tubuh, para peternak perlu mewaspadainya. "Ciri- ciri klinisnya pada hewan yang sakit atau mati dengan gejala darah yang keluar dari mulut, kuping, kemudian hidung, dubur dan bagian alat kelamin," jelasnya.

Apabila menular ke manusia, lanjut Slamet, juga ada gejala dan ciri klinis yang spesifik. Misalnya munculnya keropeng atau borok di kulit. Jika tidak diobati, bisa menular ke bagian tubuh lain.

Keropeng atau borok di kulit itu seperti memiliki ciri khas seperti huruf U. Segera berobat. Sehingga di puskesmas atau di rumah sakit akan diambil sampel darah untuk memastikan apakah darahnya telah tertular antraks atau tidak.

Yang tidak kalah penting, terapkan gaya hidup bersih dan sehat pada ternak maupun pada  manusia. "Jangan sampai hewan ternak yang sakit dan kemudian mati dimakan atau dimasak," jelas Slamet.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement