Kamis 22 Jun 2023 16:00 WIB

Kritik Warek III UB, Presiden EM: Sejumlah Mahasiswa Dapat Intimidasi Hingga Ancaman DO

Warek III mengatakan tidak bisa menandatangani poin-poin tersebut.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Fernan Rahadi
 Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Universitas Brawijaya (Amarah) melakukan aksi demontrasi di depan lobi Gedung Rektorat UB, Kota Malang, Kamis (22/6/2023). Para mahasiswa menuntut Wakil Rektor III untuk menandatangani Piagam Kedaulatan Mahasiswa Brawijaya yang berisi sejumlah tuntutan.
Foto:

Poin selanjutnya terkait tuntutan penuntasan kasus kekerasan seksual di lingkup kampus sesuai dengan prosedur tanpa intervensi dari pihak manapun. Kemudian menuntut Warek III untuk mengarahkan Wakil Dekan agar membentuk peraturan tentang pencegahan kekerasan seksual dan perundungan. Lalu Warek III diminta untuk menahan oknum yang menghalangi penuntasan kasus kekerasan seksual.

Para mahasiswa juga menuntut realisasi janji kebijakan atas hasil advokasi program Mahasiswa Membangun Desa (MMD). Poin terakhir, yakni menuntut Warek III untuk memenuhi hak administrasi dan keuangan mahasiswa yang berprestasi.

Poin-poin tuntutan tersebut sudah disampaikan korlap saat Warek III menemui langsung mahasiswa di depan lobi Rektorat UB. Namun proses penandatanganan komitmen Warek III dengan mahasiswa tidak berjalan baik. Situasi itu pun sempat memanas mengingat para mahasiswa tidak memperkenankan Warek III untuk berbicara di depan mereka.

Namun berdasarkan pantauan Republika, Warek III terlihat mengatakan bahwa dia harus membicarakan lebih lanjut mengenai poin-poin tuntutan itu. "Ndak (tidak) bisa (tanda tangan). Saya ndak bisa, akan pelajari dulu," ungkapnya.

Karena Warek III menolak tanda tangan, para mahasiswa pun menyatakan diri untuk bubar. Hal ini dibuktikan ketika mereka terlihat meninggalkan Warek III dan jajarannya yang sedang berdiri di lobi Gedung Rektorat UB. Para mahasiswa berkomitmen akan melakukan ekskalasi pada pergerakan mahasiswa berikutnya. 

 

Adapun tanggapan Warek III terkait aksi tersebut, Republika tidak mendapatkan jawabannya. "Belum (komentar) dulu ya, mbak," jelas Setiawan Noerdajasakti sambil meninggalkan Republika. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement