REJOGJA.CO.ID, BANTUL - Kabupaten Bantul disebut memiliki setidaknya sembilan dari 12 ancaman bencana, baik itu ancaman bencana alam maupun nonalam. Hal tersebut disampaikan Kepala Bidang Pencegahan Kesiapsiagaan dan Penanganan Pascabencaba, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, Suprihana.
Ia menyampaikan hal ini dalam Pelatihan dan Praktik Evakuasi Bencana Gempa Bumi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di Gedung AR Fachruddin A UMY pada Rabu (14/6/2023).
"Sembilan dari 12 ancaman bencana berpotensi terjadi di Bantul. Ancaman tersebut meliputi tsunami, abrasi, banjir, longsor, gempa bumi, cuaca ekstrim, kebakaran, kekeringan, dan wabah penyakit,” ujar Suprihana.
Suprihana juga memberikan contoh terjadinya gempa bumi di Bantul pada 2006 silam yang memakan banyak korban jiwa dan bangunan. Menurutnya hal ini terjadi dikarenakan kurangnya kesiapsiagaan masyarakat Bantul dalam menghadapi bencana khususnya gempa bumi.
"Maka dengan adanya pelatihan evakuasi gempa bumi ini, UMY sudah ikut berperan aktif dalam mengantisipasi salah satu ancaman bencana yang ada di Bantul," kata Suprihana.
Kesiapsiagaan terhadap gempa bumi ini diikuti oleh perwakilan dari setiap gedung yang ada di UMY. Pelatihan dimulai dengan pengenalan karakteristik gempa bumi, tahap prabencana, hingga serangkaian proses evakuasi.
BPBD Bantul menerapkan skenario simulasi gempa bumi yang berlokasi di Sesar Opak dengan kekuatan 6,6 SR dalam pelatihan evakuasi ini. Peserta diharapkan untuk mengikuti instruksi untuk melakukan evakuasi ke titik kumpul yang sudah ditentukan.
Praktik evakuasi ini dilaksanakan oleh Biro Umum dan Kesehatan Keselamatan Keamanan dan Lingkungan (K3L) UMY. Kepala Lembaga Pengembangan Karir dan Sumber Daya Manusia (LPK SDM) UMY, Dr Adhianty Nurjanah, dalam sambutannya menyampaikan harapan ke depannya setelah pelatihan ini dilaksanakan.
“Perwakilan dari setiap gedung di UMY yang menjadi peserta pelatihan, diharapkan nantinya memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai mitigasi kebencanaan. Ke depannya, UMY juga akan merencanakan untuk melangsungkan simulasi bencana. Mengingat kita berada di daerah rawan gempa bumi,” ujarnya.
Pelatihan dan Praktik Evakuasi Bencana Gempa Bumi juga merupakan respons untuk meminimalisir kerusakan ketika gempa bumi terjadi. Tidak hanya kerusakan, pelatihan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan sivitas akademika UMY terhadap bencana gempa.
Prof Nano Prawoto, selaku wakil rektor II bidang sumber daya manusia menyampaikan, sifat kesiapsiagaan terhadap bencana gempa adalah kebutuhan primer.
"Agar kita bekerja dengan selamat, sehat, dan aman, pelatihan mitigasi kebencanaan ini diperlukan. Demi mewujudkan harapan ini, diperlukan kerja sama antara seluruh sivitas akademika UMY,” kata dia.