REJOGJA.CO.ID, MALANG -- Pernah menjadi driver ojek online (ojol) hingga bercita-cita menjadi pelopor bisnis udang di Bojonegoro. Proses itulah yang sudah dialami oleh salah satu lulusan berprestasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Muhammad Agill Thevany.
Adapun bisnis udangnya merupakan hasil dari penerapan program kelas keahlian Center of Excellence (CoE) budi daya udang, yang menjadi implementasi nyata program pemerintah, yakni Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Mahasiswa Prodi Akuakultur itu bahkan berhasil menyelesaikan studi sarjananya dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sangat memuaskan.
Pria disapa Agil ini mengatakan alasannya menjadi driver ojol karena untuk menambah uang saku. Selain itu, juga berupaya meringankan beban orang tua dalam membiayai dirinya hidup di Malang. “Jadi ojol itu sebenarnya sudah saya lakoni dari sebelum kuliah. Kebetulan dulu ada waktu luang sembari menunggu hasil pengumuman masuk kuliah," kata dia.
Pemuda asal Bojonegoro itu juga memiliki ketertarikan mengembangkan budi daya udang di kota asalnya. Apalagi, komoditas udang di Bojonegoro sangat jarang, bahkan mungkin tidak ada. Dari situlah ia melihat peluang besar yang bisa ia gali.
Apalagi ia sempat diarahkan prodi Akuakultur UMM untuk magang di perusahaan tambak udang yang besar. Menurut dia, selama magang itulah ia bisa tahu banyak hal terkait bisnis udang.
Ia diajari proses awal persiapan hingga akhirnya bisa memanen. “Saya jadi tahu banyak jenis udang serta jenis apa saja yang bagus untuk dijual. Dari pengalaman dan ilmu itulah, saya merintis usaha di dekat rumah saya Bojonegoro,” katanya menjelaskan.
Adapun budi daya udang yang ia tekuni tergolong baru. Ia baru sekali memanen udang yang ia budi daya dan cukup menguntungkan. Apalagi di daerahnya, harga udang di pasar mencapai Rp 60 ribu untuk per kilogramnya.
Ia merasa cukup beruntung karena orang tua selalu mendukung apapun keinginannya. Hal ini termasuk untuk usaha budi daya udang. Sejauh ini sudah ada empat kolam udang di rumah.
Adapun jenis udang yang dia kembangkan adalah vaname. Jenis ini dipilih karena memiliki usia budi daya yang lebih rendah. Kemudian pertumbuhan lebih cepat dan lebih kuat terhadap penyakit.
Pria kelahiran 2001 itu berharap ilmu yang didapat di bangku kuliah tidak hanya menjadi angin lalu. Namun, mampu mendorongnya untuk bermanfaat bagi sesama. Hal ini paling tidak ke orang-orang terdekat di kampungnya.
Ia juga berharap, usaha udangnya semakin maju sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan dan membantu sesama. Menurut dia, sarjana tidak harus selalu bekerja di kantor atau gedung tinggi, tetapi juga bisa membangun daerahnya menjadi lebih baik.
"Sekalipun perubahan yang dibuat berada dalam lingkup yang kecil,” kata dia menambahkan.