REJOGJA.CO.ID, UNGARAN -- Tingginya harga jual telur ayam sedang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Kalangan peternak pun buka suara terkait persoalan tersebut.
Galih Aji Sadewo (31), peternak ayam petelur di Dusun Gebug, Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, mengakui saat ini harga telur sedang mengalami kenaikan. Menurut dia, kondisi itu salah satunya merupakan dampak dari berkurangnya produksi telur di kandang.
Sebab umumnya peternak baru saja melakukan afkir ayam yang sudah tidak produktif di kandang battery atau kandang produksi ayam petelur. Kendati begitu, peremajaan ayam ini memang sudah jamak dilakukan para peternak, khususnya setiap jelang Lebaran.
Karena pada momentum itu harga ayam yang diafkir cukup menjanjikan bagi para peternak. “Kalau harga telur fluktuatif, sebenarnya bukan hal yang baru. Tetapi, kalau kenaikan harga kali ini cukup tinggi, itu karena efek dari banyaknya ayam yang diafkir menjelang Lebaran kemarin,” ujarnya.
Bahkan, dia menjelaskan, mayoritas peternakan melakukan afkir untuk peremajaan ayam di kandang battery, otomatis produksi telur ayam menurun. Misalnya, ayam di kandang yang biasanya menghasilkan 10 peti per hari karena ada peremajaan ini produksinya berkurang hanya enam atau tujuh peti.
Kalau terakumulasi di seluruh wilayah di Indonesia, tentu penurunan produksi telur ayam akan sangat besar. Sehingga produksi maupun stok telur ayam setelah Lebaran terjadi penurunan dan itu yang membuat harga telur ayam saat ini melambung tinggi.
“Sebenarnya kalau kebutuhan atau permintaan masih tetap normal. Namun, karena produksi telur dari kandangnya berkurang, akhirnya harga telur di tingkat konsumen pun akhirnya jadi mahal, meskipun lebaran sudah berlalu,” katanya.
Aji menjelaskan, akibat peremajaan tersebut, untuk saat ini produksi telur di kandang jadi belum normal. Karena untuk peremajaan ayam umumnya di umur 14 hingga 16 pekan (empat bulan) baru masuk ke kandang battery.
Jadi, ayam masuk kandang battery baru bisa berproduksi setelah umur 20 hingga 22 pekan. “Artinya, butuh waktu lima sampai dengan enam bulan, ayam-ayam peremajaan tersebut untuk bertelur (berproduksi),” katanya.
Ia menilai, hal ini sebenarnya sudah menjadi hal yang lumrah terjadi setiap tahun dan umumnya para peternak pun sudah dapat memprediksi. Jika hari ini harganya cukup tinggi, tetapi nanti menjelang Muharram harga telur ayam pasti akan turun signifikan.
Namun, ia mengakui kenaikan harga telur ayam kali ini memang di luar prediksi. Sebab sejauh ini harga tertinggi telur ayam di tingkat peternak yang ditentukan oleh asosiasi cuma Rp 27 ribu per kilogram atau Rp 270 ribu per kotak.
Tetapi, untuk kali ini ia melihat memang di luar dugaan. “HET di tingkat peternak hari kemarin mencapai Rp 29 ribu per kg, tetapi untuk hari ini sudah turun di harga Rp 28 ribu," katanya.
Hal lain yang turut berkontribusi terhadap penurunan produksi telur di kandang peternakan ayam, masih kata Aji, adalah faktor cuaca yang memang cukup ekstrim. Bagaimanapun, kondisi cuaca yang juga memengaruhi produktivtas ayam di kandang.